Rabies Renggut 15 Nyawa

Rabies Renggut 15 Nyawa
ilustrasi/

MATARAM – Bukan virus corona yang paling membahayakan untuk masyarakat NTB. Namun wabah rabies telah menjadi ancaman nyata. Ribuan orang telah digigit anjing, belasan orang sudah meninggal dunia sejak merebak tahun 2019 lalu. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Nurhandini Eka Dewi menyampaikan, status Kejadian Luar Biasa (KLB) masih berlaku di beberapa kabupaten. “Karena sudah ada 15 orang yang meninggal,” ungkap Eka di ruang Wakil Gubernur NTB Dr Sitti Rohmi Djalilah, Senin (9/3).

Jumlah orang yang telah digigit, sudah lebih dari 2.000. Semuanya sudah diberikan vaksin. Termasuk petugas yang melakukan penanganan. Namun tidak semua korban bisa terselamatkan. Menurut Eka, salah satu kendala yang dialami adalah upaya eliminasi. Mengingat, anjing selalu bergerak. “Terkait gerakan ganyang anjing liar, Bupati Dompu sudah bentuk tim penembak anjing. Itu dilatih perbakin. Jadi setiap desa punya satu senjata,” terangnya. 

Meski ribuan orang telah digigit, menurut Eka tidak ada yang dirawat secara intensif di rumah sakit. Langkah yang dilakukan, yaitu memberikan vaksin anti rabies ketika seseorang digigit. Saat ini, status KLB berlaku untuk kabupaten Bima, Dompu dan Sumbawa. Sedangkan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan Kota Bima, meski ada gigitan tidak berstatus KLB. “Di KSB ada gigitan, tapi negatif. Sumbawa mulai menurun. Beberapa bulan terakhir gak ada gigitan,” terangnya. 

Berbeda halnya dengan kondisi di Kabupaten Dompu dan Bima. Hingga saat ini masih saja terjadi gigitan anjing. Berbagai upaya telah dilakukan. “Status KLB akan dicabut itu jika sudah 2 tahun setelah gigitan terakhir,” jelas Eka. 

Untuk Pulau Lombok, siaga Rabies tetap menjadi perhatian. Meskipun puluhan orang yang telah digigit anjing liar negatif rabies. Namun, upaya pencegahan harus tetap dilakukan. Anjing liar harus dibunuh (eliminasi). Jangan sampai anjing semakin kurang ajar menggigit manusia. Untuk membunuh anjing liar, masyarakat tidak perlu membahayakan diri sendiri. Seluruh petugas di kabupaten/kota telah siap. “Jangan ambil risiko membunuh sendiri,” ujarnya. 

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi NTB, Hj Budi Septiani yang dimintai keterangannya, lebih memilih untuk bungkam. Budi Septiani sebelumnya mengklaim telah melakukan yang terbaik dalam mengatasi wabah rabies. (zwr) 

Komentar Anda