Pupuk Subsidi Ditolak Bersandar di Lembar

H Khairul Warisin (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Para petani di Provinsi NTB saat ini sangat membutuhkan pupuk subsidi urea. Namun fakta menyakitkan terjadi. Kapal yang membawa pupuk subsidi urea yang akan bersandar tanggal 16 Juni, diputuskan untuk ditolak bersandar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Keputusan tersebut diambil karena kapal yang membawa pupuk panjangnya di atas standar pelabuhan. “Yang kita soroti itu, dampaknya sangat merugikan daerah, sangat merugikan petani,” sesal anggota komisi II DPRD Provinsi NTB, H Khairul Warisin yang membidangi pertanian kepada Radar Lombok, Kamis (10/6).

Selama ini, pupuk subsidi urea untuk wilayah NTB selalu disalurkan oleh PT Pupuk Kaltim. Namun kebijakan terbaru dari PT Pupuk Indonesia, tanggung jawab tersebut diberikan kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri).

Di situlah awal mula masalah mencuat. PT Pusri Palembang menggunakan kapal dengan panjang 121 meter untuk membawa pupuk ke NTB. “Katanya kapal gak bisa nyandar. Gak boleh, karena kemampuan Lembar maksimal 115 meter,” tutur Warisin.

Persoalan teknis tersebut, seharusnya sudah diantisipasi sejak awal. Sehingga dampaknya tidak seperti saat ini. Pihak yang paling dirugikan, tidak ada lain kecuali petani dan masyarakat NTB.

Menurut Warisin, banyak dampak negatif yang terjadi akibat ditolaknya kapal yang membawa pupuk bersandar. Mulai dari ketenagakerjaan hingga masalah kelangkaan pupuk. “Kerugian di pihak kita, peluang bongkar muat yang menyerap tenaga kerja menjadi hilang, tenaga kerja untuk pengemasan juga hilang,” jelasnya.

Baca Juga :  Kesal Anggota Fraksi Dipindah, Ruslan Ancam Buka Borok DPRD NTB

Selain itu, pendapatan untuk daerah juga sebagian hilang. “Intinya banyak rezeki hilang untuk NTB gara-gara masalah ini. Dan yang sangat kita khawatirkan, masalah ini menyebabkan keterlambatan distribusi pupuk di NTB, petani bisa kesusahan dapatkan pupuk subsidi,” sesalnya lagi.

Kuota pupuk subsidi urea yang dibatalkan bersandar di Lembar, cukup banyak mencapai 6.000 ton. Kemudian sudah dijadwalkan pula setelah itu  kuota sebesar 2.500 ton. “Kami minta untuk membawa urea selanjutnya ini, gunakan saja kapal yang bisa sandar di Lembar. Saya selaku komisi II, merasa sangat kecewa dengan kondisi sekarang,” ungkapnya.

Setelah dibatalkan bersandar, pupuk subsidi urea dibawa ke Banyuwangi. Di sanalah akan dikemas terlebih dahulu, baru kemudian dibawa ke Provinsi NTB. “Ini kan NTB yang rugi, daerah lain untung,” sesalnya.

Diungkapkan juga, penolakan terhadap kapal yang membawa pupuk untuk bersandar bukan kali ini saja terjadi. Seharusnya, pihak berwenang sudah mengatasi agar tidak lagi terjadi. Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar untuk diadakan pengerukan di pelabuhan Lembar. “Karena kapal terlalu besar, jadi gak dibolehkan bersandar. Ini kok dermaga internasional kayak gini. Ya kan tinggal dikeruk saja agar kapal besar bisa nyandar,” sarannya.

Baca Juga :  Ikuti Jejak Rohmi, Sekretaris DPW NasDem NTB Mundur

Kementerian Perhubungan harus melihat serius masalah ini. Mengingat, berdampak luas bagi masyarakat. Jangan sampai, kepentingan daerah dan masyarakat NTB kedepan tersandera hanya karena masalah teknis.

Peran kepala daerah atau eksekutif juga sangat penting. Pemerintah daerah harus membantu menyediakan sarana dan prasarana. Minimal, ikut mendesak Kementerian Perhubungan untuk segera melakukan pengerukan. “Kemenhub sepertinya setengah hati. Padahal Presiden sudah berkomitmen membangun kawasan Indonesia Timur. Masa untuk pengerukan pelabuhan aja gak bisa,” ujar politisi Partai Gerindra ini.

Pupuk subsidi urea yang ditolak, sudah jelas-jelas hak dan jatah petani di NTB. Alasan pihak KSOP Lembar dan PT Pelindo, merasa khawatir dengan keamanan dan keselamatan jika kapal bersandar. “Seharusnya cari solusi. Masa mau begini terus,” kesalnya.

Warisin tidak ingin ada lagi pupuk subsidi untuk petani tidak bisa bersandar. Jangan sampai masalah yang ada dibiarkan terus berlarut. “Seberapa sih biayanya, gak lah besar untuk membuat pelabuhan Lembar bisa terima kapal besar bersandar. Disinilah peran-peran pihak terkait sangat penting,” tutup Khairul Warisin.

Salah seorang petani, Mawardi masih mengeluhkan susahnya mendapatkan pupuk subsidi. “Sawah kita itu sekarang butuh pupuk, karena kemarin kita tanam cabai dan tembakau. Tapi susah sekali kita dapat pupuk,” keluh Mawardi asal Lombok Timur. (zwr)

Komentar Anda