Punya Jago, Panitia Bentuk Tim Lima Belas tanpa SK

Munculnya konflik komunal pada proses penjaringan calon kepala desa Puyung Kecamatan Jonggat, bukan tanpa alasan. Tudingan dugaan kecurangan yang dilakukan panitia bukan tak mungkin terjadi. Dugaan kecurangan ini dikuatkan pengakuan anggota tim lima belas yang dibentuk panitia secara ilegal.

 


SAPARUDIN-PRAYA


 

JOTI Baskara blak-blakan mengaku di hadapan wartawan saat sidak anggota Komisi I DPRD Lombok Tengah, di Kantor Desa Puyung, kemarin (14/9). Dia merupakan salah satu tim lima belas yang dibentuk panitia lima (panitia legal yang diakui pemda). Joti mengaku, tim lima belas yang dibentuk panitia tidak memiliki Surat Keputusan (SK) untuk bekerja selama ini.

Selain tak memiliki legalitas jelas, tim lima belas ini juga tidak pernah digaji selama ini. Mereka hanya sebatas diminta secara lisan membantu bekerja melakukan verifikasi faktual data balon kades. Kesepakatan ini sudah dilakukan oleh tim lima belas selama ini tanpa jelas statusnya.

Joti mengaku, tak heran jika timbul masalah di dalam proses pilkades ini. Dari tim lima yang dibentuk, hanya beberapa orang saja yang bekerja. Mereka pada intinya banyak yang tidak siap, sehingga kinerjanya amburadul.

Baca Juga :  Sengketa Pilkades Serentak Tahap Dua Lombok Timur Masih Proses

Faktanya, ungkap Joti, jika dibeberkan seluruh rahasia dalam proses verifikasi faktual. Maka, tidak ada satu pun balon yang lolos. Semuanya memiliki cacat, terutama soal syarat dukungan yang tanda tangan pendukungnya banyak dipalsukan. ‘’Kalau mau buka-bukaan, mungkin dari semua calon ini tidak ada yang lolos,’’ ungkap Joti.

Dalam proses verifikasi itu juga tidak dilakukan dengan transparan. Panitia tiba-tiba melakukan pleno untuk menentukan kelulusan balon. Tragisnya lagi, mereka langsung mencabut nomor urut para calon.

Fakta ini menunjukkan, bahwa ada permainan dalam tubuh panitia ini. Mereka tidak netral dalam menjalankan tugasnya. Masing-masing panitia memiliki dukungan kepentingan politik terhadap calon saat ini. Kentaranya, permainan politik dalam dukungan masing-masing calon ini sangat kental.

H Herman misalnya, seperti sengaja disandingkan dengan H Saefudin. Keduanya merupakan berasal dari daerah yang sama, yakni H Herman dari Dusun Waker dan H Saefudin dari Dusun Sumpak. Secara dukungan, suara keduanya bisa terpecah karena letak geografis wilayah.

Kemudian Lalu Edit Rahardian bisa mendominasi wilayah barat dan utara. ‘’Secara geopolitik ini sudah ada permainan dalam pelulusan calon ini,’’ bebernya.

Baca Juga :  2018, Pilkades Serentak Diikuti 78 Desa

Panitia Pilkades Puyung, Lalu Husen mengakui, jika pihaknya selaku tim lima membentuk tim lima belas. Tim ini sengaja dibentuk untuk membantu tim lima dalam proses verifikasi faktual. SK-nya langsung dibuatkan oleh tim lima untuk kejelasan legalitas tim ini. ‘’Kami membentuk tim lima belas untuk membantu kami dalam melakukan verifikasi faktual ini,’’ akunya.

Terkait tuduhan semua masyarakat atas dugaan kecurangan yang dialamatkan kepada timnya, Husen mengaku siap bertanggung jawab jika terbukti benar. Tapi, selama ini pihaknya sudah bekerja sesuai aturan dan tidak ada pihak-pihak yang dicurangi. ‘’Jika ditemukan ada bukti kecurangan, kami siap dipecat,’’ tegasnya.

Jujur, kata Husen, proses pembentuan panitia pilkades ini awalnya tidak siap. Tapi, karena rasa kepedulian kepada desa, maka tim ini terbentuk. Semua ini sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat. ‘’Termasuk saya, awalnya saya tidak siap. Tapi karena terus diajak dan harus ada dari unsur aparatur desa, ya mau tidak mau saya siap. Kalau kemudian kami dinyatakan curang dan lain sebagainya, kami siap mundur dan dipecat,’’ pasrahnya. (dal/bersambung)

Komentar Anda