
MATARAM – PT Gerbang NTB Emas (GNE) selaku perusahaan milik daerah atau BUMD terus memperluas usaha, agar bisa memberikan sumbangsih besar kepada pemerintah daerah. Salah satu yang mulai dibidik adalah ekspor olahan kayu sonokeling dengan negara tujuan China.
Saat ini, anak perusahaan dari PT GNE mulai menyiapkan pesanan ribuan potong kayu sonokeling yang sudah diolah untuk dalam waktu dekat ini dikirim ke China. Sedikitnya 32 ribu kubik kayu sonokeling akan di ekspor ke China untuk memenuhi permintaan.
“Nilai pesanan kayu sonokeling dari China itu mencapai Rp 10 miliar. Dalam waktu dekat akan kita kirim,” kata Direktur Utama PT GNE Samsul Hadi, Jumat (26/11).
Menurut Hadi, produk olahan dari kayu Sonokeling pasarnya sangat terbuka di negara China. Lantaran jenis kayu sonokeling asal NTB banyak diminati. Apalagi kualitas dari kayu Sonokeling sangat terkenal, sehingga sangat diminati pasar internasional.
Produk meubel yang diekspor dalam bentuk setengah jadi, artinya diolah terlebih dahulu di NTB, baru kemudian di ekspor ke China, agar ada nilai tambah diterima daerah. China menjadi negara buyer pertama yang memesan produk yang diolah oleh BUMD PTGNE.
“Kami menyediakan 32.000 kubik kayu untuk diproduksi jadi barang setengah jadi sesuai dengan permintaan buyer dari China,” sebut Hadi.
Sementara itu, China mengimpor produk kayu Sonokeling karena memiliki kualitas bagus serta motif yang indah secara alami. Sekarang NTB sudah tidak lagi mengekspor kayu gelondongan yang belum diolah. Di mana kayu yang di ekspor harus berupa produk setengah jadi, agar memiliki nilai tambah bagi pendapatan daerah.
“Sesuai arahan Pemprov NTB, boleh ekspor asal jangan produk mentah. Makanya sekarang industri pengolahannya kami bangun, sehingga NTB mendapatkan nilai tambah dari eskpor tersebut,” ungkapnya.
Saat ini produk yang dipesan oleh Negara China dalam proses pengerjaan untuk menjadi bahan setengah jadi, baru kemudian dilakukan ekspor ke negara tujuan. Mereka memesan produk setengah jadi, kemudian finishing akan dilakukan di negara tujuan.
Di sisi lain, permintaan yang tinggi dar buyer tentunya produknya harus tetap tersedia secara berkelanjutan. Untuk mengimbangi pengambilan kayu Sonokeling, PT GNE juga memprogramkan penanaman kayu sonokeling agar industrialisasi tetap berjalan tanpa merusak lingkungan.
“Intinya kami tidak mengambil kayu yang berada di hutan lindung, karena sudah ada aturannya juga itu dilarang,” katanya. (dev)