Prosesi Ngalun Warga Desa Aik Dewa Kabupaten Lombok Timur

Warisan Nenek Moyang dalam Menjaga Kelestarian Alam

Prosesi Ngalun Warga Desa Aik Dewa Kabupaten Lombok Timur
NGALUN: Sejumal pemuda membawa bambu yang akan digunakan mengambil air di sumber air dewa. (Janwari Irwan/Radar Lombok)

Masyarakat Desa Aik Dewa Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur masih memegang teguh adat dan ritual warisan nenek moyangnya. Salah satunya ritual Ngalun.


Janwari Irwan –  Lombok Timur


Sejumlah pemuda mengenakan kain panjang dan udong berjalan mengiringi seorang tetua atau pemangku menuju salah satu mata air di Desa Aik Dewa. Di punggung pemuda ini ada potongan pohon bambu yang nantinya digunakan untuk menampung air. 

Di belakang para pemuda ini, seorang wanita yang dilambangkan sebagai putri membawa kotak yang berbahan dasar anyaman bambu. Di dalamnya terdapat selandang hasil tenunan warga setempat. Pemangku lalu memanjatkan doa di sumber mata air. Selanjutnya selendang yang dibawa itu dipakai mengambil air lalu dituang ke dalam potongan bambu yang dibawa para pemuda itu.

Baca Juga :  Penyeberangan Wisman ke Gili Baru 10 Persen

Prosesi itu bagian dari ritual tradisi  Ngalun warga Aik Dewa. Ritual digelar Rabu kemarin (1/11) bersamaan dengan perayaan  hari ulang tahun desa setempat ke-8. Ngalun dapat diartikan sebagai perkataan dan tindakan yang bijak untuk membujuk atau mengajak  kmbali kepada keadaan semula atau kepada keadaan yang lebih baik.

Prosesi ritual Ngalun Aik (air) digelar manakala  debit air di sumber mata air setempat mulai menyusut bahkan habis. Bagi warga setempat fenomena ini disebut airnya nyeleq (ngambek).

Sekretaris panitia Lalu Rizal mengatakan, melihat kondisi ini selanjutnya para tetua gubuq atau tokoh masyarakat dan adat  mengajak masyarakat untuk musyawarah dalam rangka melaksanakan upacara Ngalun Aik.” Ritual ini sebagai upaya  melestarikan nilai kebersamaan dan kecintaan terhadap pelestarian sumber daya alam setempat,” jelasnya.

Dalam prosesi Ngalun Aik ini terdapat  beberapa tahapan. Salah satu diantaranya pembentangan Selendang Reragian Selebung Aik yang bermakna berbagai isyarat agar mata air Aik Dewa senantiasa dilindungi dan dijaga oleh segenap lapisan masyarakat.Selain itu juga sebagai isyarat untuk meminta kepada Allah SWT agar debit air yang keluar dari dalam mata air semakin besar persis seperti  isyarat saat  membentangkan  sorban atau selendang atau sejadah dalam ritual salat Istisqo.  ”Pemangku adat yang akan membentangkan selendang sebagai wadah mengambil air yang akan ditaruh ke dalam bambu,”jelasnya.

Desa Aik Dewa salah satu desa di Lombok Timur yang dikenal subur karena airnya yang melimpah. Banyak sumber mata air di desa ini. Namun beberapa bulan ini terjadi  penyusutan air sehingga dilakukan ritual Ngalun yang dilakukan di aik dewa nine (perempuan). “Dari berbagai desa yang memiliki adat ini, ada  beberapa tradisi yang tidak dilakukan oleh desa itu sendiri, namu kita melakukannya,”jelasnya.

Dahulu kata Rizal, ritual Ngalun ini diwarnai penyelembelihan kambing. Lalu kepala kambing ditanam di dekat sumber mata air. Selanjutnya dilakukan ritual Ngalun. Maknya, merayu sumber mata air agar mengeluarkan air dengan debit yang besar. ”Jadi tokoh adat ini merayu sumber air ini agar semakin besar. Kemudian akan diambil menggunakan bambu dan diisi ke kendi yang dibawa pulang oleh warga  sebagai air minum,”jelasnya.

Baca Juga :  Resmi Dibuka, Pengunjung Kuta Beach Park The Mandalika Mencapai 48 Ribu

Kepala Desa Aik Dewa Mahmud  mengatakan acara ini digelar dalam rangka melestarikan budaya warisan nenek moyang yang kian terkikis. Melalui kegiatan ini, generasi muda dikenal ritual adat yang ada agar terus dilestarikan. Namun kesemuanya tetap berpulang kepada Allah SWT.  ”Secara kebetulan di desa kita banyak sumber mata air, namun dari sumber mata air ini tidak banyak yang bisa dinikmati. Nah acara – acara seperti ini harus  kita kembangkang,”pungkasnya.(*)

Komentar Anda