Prosesi Adat Lebaran Topat di Lombok Barat

Prosesi Adat Lebaran Topat di Lombok Barat
CIDOMO : Bupati Lobar H. Fauzan Khalid menggunakan cidomo dari Kantor Camat Batulayar menuju Makam Batulayar untuk ziarah makam pada prosesi Lebaran Topat, Minggu (2/7). (HUMAS LOBAR FOR RADAR LOMBOK)

Perayaan Lebaran Topat di Lombok sudah menjadi budaya yang mengakar. Prosesi Lebaran topat yang dilaksanakan setiap 9 Syawal inipun kini dikemas oleh masing pemerintah daerah guna menarik minat masyarakat dan wisatawan. Tidak terkecuali oleh Pemkab Lombok Barat.


ZULKIFLI-GIRI MENANG


Prosesi Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam oleh Bupati Lobar H. Fauzan Khalid dan istri serta rombongan di Makam Batulayar bersama warga umum. Uniknya dalam ziarah makam kali ini, Fauzan dan rombongan datang menggunakan cidomo dari Kantor Camat Batulayar menuju makam. Ini kali pertama menggunakan cidomo. Cidomo pun dihias dengan daun kelapa.

Rombongan kemudian disambut dengan lantunan ayat suci Al-Quran. Salah seorang Tuan Guru kemudin memimpin jalannya acara ziarah. Diawali dengan bacaan barzanji, zikir dan doa. Kemudian sebagai penutup, Fauzan diperkenankan seraup atau mencuci muka dengan air yang sudah disiapkan. Air konon diambil dari Sumur Mas yang lokasinya tidak jauh dari makam. Seorang pemandu menyodorkan kendi berisi air. Secara bergantian, seluruh rombongan turut melakukan hal yang sama. Sembari melakukan seraup, dibarengi dengan niat dan nazar yang dikehendaki.

Dalam prosesi ziarah makam ini, melalui pemandu, seluruh rombongan bernazar, bupati periode berikutnya tetap dipimpin oleh H. Fauzan Khalid.

Baca Juga :  Kisah Para Pejabat Mengalap Berkah di Bale Beleq

Seraup atau cuci muka ini secara filosofi, air merupakan alat menyucikan atau membinasakan. “Jika ada noda atau salah dalam kehidupan sehari-hari, maka segeralah bernazar untuk menyucikan diri,” kata Sang Juru Kunci Makam Batu Layar, Herman.

Usai melakukan ziarah makam, Fauzan bersama rombongan kemudian berjalan kaki menuju Pantai Duduk Desa Batu Layar Barat yang jaraknya sekitar 200 meter dari makam dengan diiringi gunungan topat. Setiba rombongan di lokasi, nampak lima orang tetua berdiri menyambut di depan gerbang.

Tetua ini menggunakan pakaian jas hitam, berpeci, berkain sarung dan berselempangkan sorban di pundak. Mereka inilah yang disebut dengan pemucuk. Pemucuk adalah istilah barisan terdepan yang terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat yang mengawal prosesi adat. Di Lebaran Topat kali ini selain mengawal jalannya acara, pemucuk juga mengalungkan selempang kepada bupati tanda dimulainya prosesi adat.

Dijelaskan Tetua Pemucuk Herman, tugas pemucuk antara lain adalah matur kepada bupati sebagai bentuk laporan kesiapan dimulainya acara. “Kami juga menemani Pak Bupati untuk memotong Topat Agung,” terangnya.

Baca Juga :  Garam Produksi Sekotong Dipastikan Aman

Di Pantai Duduk masyarakat sudah menunggu. Ibu-ibu terlihat mempersiapkan dulang. Sembari menanti, warga dihibur dengan kesenian seperti lagu cilokaq dan hadrah. Fauzan sendiri dalam sambutannya mengatakan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam setiap Lebaran Topat. Pertama, secara internal Lobar punya kewajiban memelihara tradisi turun-temurun ini. Dalam tradisi ini tertanam nilai keagamaan yang dibungkus dengan nilai budaya. “Mudahan kedepannya pelaksanaan Lebaran Topat ini bisa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya,” ungkapnya.

Kedua lanjutnya, Lebaran Topat adalah momen untuk memperkenalkan budaya Lobar yang sangat familiar dengan nilai-nilai budaya dan keagamaan. “Mudahan ini bisa jadi contoh untuk meningkatkan nilai-nilai silaturahmi di Lobar,” harapnya.

Selanjutnya seremoni Lebaran Topat diakhiri pembacaan doa oleh TGH Ahmad Hanafi yang kemudian dilanjutkan pemotongan gunungan topat.

Usai pemotongan topat, kemudian dilanjutkan dengan rebutan gunungan topat oleh masyarakat setempat. Gunungan topat ini sendiri tidak begitu mewah, tubuh gunungan penuh topat. Kemudian puncaknya dihias nanas, jambu, salak, jeruk dan tomat serta hiasan daun kelapa. (zul)

Komentar Anda