Produksi Terbatas, Harga Cabai Tembus Rp 80 Ribu

HARGA NAIK : Salah seorang pedagang cabai rawit di Pasar Kebon Roek, Ampenan, Kota Mataram mengaku harga cabai naik, tapi tidak dibarengi dengan kenaikan omzet, yang justru turun. RATNA / RADAR LOMBOK)

MATARAM –  Harga komoditas cabai rawit terus mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram. Bahkan, kenaikan harga cabai hingga Kamis (3/3/) naik hingga 28 persen perkilogram. Sebelumnya harga cabai tertinggi berkisar antara Rp 57 ribu hingga Rp 60 Ribu per kilogram. Kini harga cabai mencapai Rp 75 ribu hingga menyentuh harga Rp 80 ribu perkilogram.

Salah seorang pedagang di Pasar Kebon Roek, Kota Mataram Wakiah menyebut harga cabai rawit menembus angka Rp 80 ribu per kilogram yang sebelumnya dijual Rp 60 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai ini sudah terjadi sejak pekan lalu.

“Dari petani harga cabai sudah naik. Sekarang kita jual dengan harga Rp 80 ribu per kilogram” sebut Wakiah kepada Radar Lombok, Kamis (3/3).

Semakin melambungnya harga cabai di pasar kata Wakiah, lantaran minimnya pasokan dari petani. Semula, dari petani ia bisa membeli 30 kilogram cabai per harinya. Namun sejak pekan lalu pasokan cabai rawit dari petani menurun hingga 20 kilogram per hari.

Baca Juga :  Bappenda NTB Temukan Potensi Lose Penerimaan PBBKB Industri di PPN Teluk Awang

“Kenaikan harga cabai ini berimbas pada omzet penjualan yang makin berkurang,” ujarnya.

Sementara, Kepala Pasar Mandalika H Ismail mengatakan bahwa harga cabai di Pasar tradisional Mandalika berada di angka Rp 75 ribu per kilogram.  Harga cabai sebelum kenaikan mencapai Rp 57 ribu perkilogram.

“Pekan lalu harganya Rp 57 ribu sekarang angkanya kebalik harga cabai per kilogramnya mencapai Rp 75 ribu,” sebutnya.

Ismail menyebut, para pedagang di Pasar Mandalika Bertais, mengambil cabai di petani dengan harga Rp 65 hingga Rp 75 ribu per kilogramnya. Kemudian dijual dengan harga Rp 75 di pasar. Selain karena pasokan cabai rawit dari petani yang sedikit, kenaikan harga cabai di level pedagang juga karena para petani mengirim cabai rawit ke Pulau Jawa. Mengingat harga cabai rawit di luar daerah lebih tinggi dibanding NTB.

Baca Juga :  55.260 Orang NTB Terdaftar Penerima Kartu Prakerja

“Tergantung pesanan. Namanya bisnis, ya mereka sekarang sudah biasa langsung dari petani ke pembeli tanpa lewat pengepul atau pembeli dan pelanggan dipasar,” jelasnya.

Adapun pasokan cabai rawit yang banyak tersebar di Pasar Tradisional di Kota Mataram, kata Ismail berasal dari Lombok Timur. Sementara pasokan lainnya berasal dari Lombok Barat, meski lebih sedikit.

Dijelaskan Ismail tren kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi sejak pekan lalu, karena produksi cabai rawit di level petani terbatas sementara permintaan luar daerah tinggi dan harganya mahal. Namun demikian, tidak terjadi kelangkaan komoditas cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram.  Ketersediaan cabai rawit masih bisa terpenuhi.

“Sementara permintaan cabai rawit masih stabil mau mahal atau murah tetap seperti biasa karena kondisi Covid-19. Hotel dan restoran tidak terlalu banyak permintaan,” tukasnya. (cr-rat)

 

Komentar Anda