Produksi Telur Asin Bakar, Bercita – Cita Jadi Kampung Mandiri

KELOMPOK Ternak Asna Jaya, Dusun Gubuk Baru, Montong Kandik  Desa Terara, Kabupaten Lombok Timur kini populer sebagai penghasil produk telur asin bakar di Pulau Lombok. Tak hanya di Lombok, hasil karya Kelompok Ternak Asna Jaya ini sudah mulai masuk pangsa pasar di Sumbawa, Bali bahkan Jawa.  Kini Kelompok Ternak Asna Jaya, Dusun Kampung Baru, Terara hadir sebagai kampung yang mandiri dari sisi perekonomian.

————————————

LUKMANUL HAKIM – LOMBOK TIMUR

————————————

Berawal dari beternak secara individu, Abdurahim sang pelopor dan juga Ketua Kelompok Ternak Asna Jaya memelihara itik  sebanyak 125 ekor pada tahun 2007. Ternak itik yang hanya 125 ekor tersebut tidak serta merta berkembang sesuai harapannya, namun justru tak sedikit dari itik peliharaannya itu mati. Meski gagal, tak menyurutkan keinginannya untuk beternak itik.

Sebagai seorang tenaga guru honorer di Madrasah Ibtidaiyiah di salah satu yayasan pondok pesantren di Terara, tentu bukan menjadi ahlinya di bidang ternak beternak apalagi itik alias bebek. Dengan keterbatasan pengetahuan tentang dunia peternakan khususnya bebek, membuat Abdurahim belajar kepada para peternak yang di sejumlah desa yang dia kenal.

Berbekal informasi dan ilmu yang didapat dari sejumlah peternak dan temannya itu, Abdurahim kembali bangkit beternak  dengan mengawalinya kembali sebanyak 125 itik. Alhasil  berbekal ilmu yang diperoleh dengan belajar secara tradisional itu, itik tersebut bertelur dan mencapai 70 persen berhasil. Jumlah tersebut kemudian diteta skan dan terus bertambah.

Profesi yang digeluti sebagai seorang guru honorer di yayasan Ponpes di Terara tentu mendapatkan honor yang seadanya. Setiap honor yang didapatkan dari mengajar di Ponpes tidak langsung diserahkan kepada sang istri, melainkan digunakan untuk membeli pakan itik tersebut. Tatkala ketiga anaknya meminta belanja uang jajan, Rahim menukarnya dengan jatah telur. Hal itu dilakukan, karena uang honor didapatkan dari mengajar digunakan untuk membeli pakan ternak. “Honor yang didapatkan setiap bulan itu dipakai beli pakan. Untuk belanja dan kebutuhan anak dan istri setelah menjual telur hasil ternak yang hampir setiap hari ada bertelur dan dijual,” kata Rahim, Sabtu lalu (16/7).

Baca Juga :  Kota Mataram Terancam Krisis Telur

Selama beberapa tahun beternak itik secara individu, namun populasi itik yang diternak tidak pernah mencapai 500 ekor lebih. Kemudian Rahim berpikir bagaimana caranya agar itik yang diternakan ini bisa mencapai 1.000 ekor. Disaat dirinya selesai melaksanakan ibadah sholat Dzuhur di Masjid Agung, Selong, Lombok Timur, muncul ide membentuk kelompok ternak itik di kampungnya.

Begitu pulang sesampai di rumahnya, Rahim kemudian mengajak sejumlah warga yang ada di sekitar rumahnya untuk membentuk kelompok ternak. Dari puluhan yang ikut kumpul ketika itu hanya 9 orang yang sanggup bergabung dalam kelompok. Alhasil sebanyak 9 orang yang sanggup tergabung dalam kelompok ternak itu sepakat urunan sama-sama Rp 50 ribu per orang. Sehingga terkumpullah uang modal untuk membeli itik sebanyak Rp 3 juta.

Uang sebanyak Rp 3 juta yang terkumpul tersebut kemudian digunakan membeli itik dan sebagiannya lagi digunakan membuat kandang sederhana. Pada tahun 2010, Rahim secara resmi membentuk kelompok yang diberi nama Kelompok Ternak Asna Jaya. Berbekal keinginan untuk maju dan menjadikan tempat tinggalnya sebagai  kampung yang mandiri, Rahim tidak pernah berpikir meminta bantuan kepada pemerintah. Tapi bagaimana menjadi kelompok yang mandiri , berhasil dan besar tanpa mendapat bantuan dari pemerintah.

Pada tahun 2010 jumlah ternak yang dipelihara bersama kelompok semakin banyak, mencapai 800 ekor lebih. Setiap hari mampu memproduksi 200-400 butir telur. Perkembangan kelompok ternak Asna Jaya ini menarik perhatian Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB pada tahun 2011.  Berawal dari informasi di salah satu media online komunitas, Disnakeswan NTB kemudian penasaran dan datang langsung mengujungi dan melihat kelompok ternak Asna Jaya.

  Disnakeswan NTB menilai kelompok Ternak Asna Jaya memiliki potensi untuk menjadi besar, karena telah menunjukan pengelolaan manajemen ternak mulai dari proses pembibitan, memproduksi dari bahan baku yang dihasilkan sampai proses pemasaran. Akhirnya pada tahun 2011, Disnakeswan NTB memberikan bantuan peralatan mesin untuk penetasan dan juga bantun memperbesar kandang serta ternak itik.

Baca Juga :  97,57 Persen Telur Ayam Ras NTB Dipasok dari Luar

 Akhirnya diawal tahun 2012, Kelompok Ternak Asna Jaya membuat telur asin bakar. Begitu di jual sejumlah pasar, respon konsumen (pembeli) sangat antusias. Seiring waktu produk telur isin bakar hasil karya Asna Jaya terus mendapat perhatian luas pasar. Bahkan permintaan konsumen untuk telur asin bakar sangat banyak sementara kelompok kelabakan kekurangan produksi telur itik.

Melihat perkembangan yang begitu besar di Kelompok Ternak Asna Jaya bergerak dari proses produksi, hingga membuat produk dan melakukan pemasaran menarik perhatian dari berbagai kalangan elemen masyarakat. Bahkan sering dijadikan tempat study banding belajar oleh berbagai kalangan dari luar NTB bahkan mahasiswa dari sejumlah negara sepeti Belanda, Australia dan beberapa negara  lainnya juga belajar beternak di Kelompok Ternak Asna Jaya.

Keberhasilan Kelompok Ternak Asna Jaya juga membawanya menjadi juara IV tingkat nasional pengelolaan dan manajemen kelompok ternak dari Kementerian Pertanian RI tahun 2016 ini.

Sekarang ini Kelompok Ternak Asna Jaya tidak hanya memproduksi telur asin bakar, tapi juga terus mengembangkan sayap usahanya dengan membentuk telur asin panggang, abon telur, abon bebek dan baru –baru ini mulai mengarah kepada membentuk bebek guling dan bebek resto.

Untuk produk telur asin bakar dan panggan karya Asna Jaya sudah masuk di 25 mini market yang ada di NTB dan bahkan juga sudah bisa didapatkan di Lombok Epicentrum Mall (LEM). Selain di dalam daerah NTB, permintaan untuk telur asin bakar dan panggang juga mendapatkan pesanan cukup banyak dari Jawa, Bali dan Sumbawa. Sementara untuk ritel modern Rahim enggan memasukannya. Pasalnya, selain proses yang ribet juga diharuskan membayar listing fee yang cukup besar. “Alhamdulillah, kehidupan anggota kelompok ternak Asna Jaya semakin sejhatera. Karena niat kami dari awal ini ingin menjadi kampung yang mandiri  dari semua sisi pastinya juga masyarakat ekonominya menjadi lebih baik,” ungkap Rahim.(*)

Komentar Anda