Produksi Padi NTB Diprediksi Tembus 1 Juta Ton

April 2018, Puncak Musim Panen Raya

Ilustrasi Beras Padi
Ilustrasi

MATARAM–Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Husnul Fauzi optimis produksi padi petani di musim panen raya bulan Maret dan April mendatang akan menjadikan stok pangan nasional melimpah.

Pasalnya, produksi padi pada musim panen raya di bulan Maret dan April ini diperkirakan menghasikan lebih dari 1 juta ton setara beras. “April mendatang stok beras di NTB itu sangat melimpah tembus diatas 1 juta ton setara beras,” kata Husnul Fauzi, Selasa kemarin (6/2).

Klaim produksi padi petani di musim panen raya mendatang oleh Husnul berpatokan dari luas areal tanam yang bertambah cukup signifikan. Jika pada tahun 2017 lalu, luas areal lahan sawah tanaman padi sebanyak 80 ribu hektar yang kemudian dipanen raya pada bulan Maret hingga April. Sementara di tahun 2018 ini luas areal tanam padi mencapai 120 ribu hektar atau terjadi peningkatan luas tanam yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan realisasi tanam di tahun 2016.

Berdasarkan adanya penambahan luas areal tanaman padi untuk dipanen raya pada bulan Maret dan Agustus 2018 menjadikan Husnul, semakin optimis produksi beras di NTB pada tahun 2018 akan melimpah. Pada tahun 2018 ini, terjadi pergeseran puncak panen yakni menjadi April. Sementara di tahun 2017 lalu, puncak panen terjadi pada bulan Maret.

Dijelaskan, tingginya luas areal tanam padi pada tahun 2018 disebabkan karena musim penghujan yang cukup panjang di akhir tahun 2017 lalu. Alhasil, berdampak positif terhadap lahan kering yang ada di sejumlah daerah di Provinsi NTB. Bahkan musim hujan juga masih terjadi hingga sekarang ini dan tentunya memberi hal positif terhadap produksi padi di NTB pada tahun 2018 sekarang ini.

Baca Juga :  Pajak Kendaraan Triwulan I Tembus 145 Persen

Oleh sebab itu, lanjut Husnul, mengingat produksi yang begitu melimpah, maka Provinsi NTB memastikan dan tetap menolak beras impor masuk ke Provinsi NTB. Terlebih lagi, sudah mulai memasuki panen raya. Sebelumnya juga, kondisi stok beras di Provinsi NTB juga masih dalam kondisi aman. Dengan demikian, tidak alasan beras impor bisa masuk ke Provinsi NTB. “Stok beras NTB itu sangat aman. Jadi tidak ada alasan beras impor itu masuk ke NTB,” tegasnya.

Husnul juga mengingatkan kepada Perum Bulog Divre NTB untuk betul-betul memaksimalkan pembelian gabah petani. Ketika musim panen raya, maka sudah semestinya Perum Bulog Divre NTB mengrerahkan berbagai mitranya untuk secara maksimal membeli gabah petani. Sehingga, cadangan pangan negara itu betul-betul aman. “Kita inginkan Bulog itu secara maksimal membeli gabah petani,” harapnya.

Sebelumnya, Kepala Perum Bulog Divre NTB, H Achmad Ma’mun mengatakan, pada tahun 2018, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) NTB ditargetkan menyerap sedikitnya 150 ribu ton setara beras. Target tersebut lebih tinggi dari realisasi serapan  pengadaan Bulog Divre NTB di tahun 2017 yang hanya mampu membeli sebanyak 97 ribu ton setara beras.

Target serapan pengadaan gabah petani di NTB pada tahun 2018 terjadi kenaikan lebih dari 70 persen jika dibandingkan dengan tahun 2017. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Perum Bulog untuk memastikan ketersediaan pangan dalam daerah dan juga secara nasional. “Target di tahun 2018 ini naik hampir 75 persen dari realisasi pengadaan di tahun 2017,” kata Ma’mun.

Baca Juga :  Upsus Siwab NTB, Kementan Gelontorkan Rp 26 Miliar

Jika dilihat dari realisasi tahun 2017, Perum Bulog Divre NTB Provinsi NTB butuh kerja keras untuk bisa mencapai target serapan di tahun 2018. Pasalnya, target sebanyak 150 ribu ton setara beras di tahun 2018, sama artinya dengan kenaikan tiga kali lipat untuk pembelian padi dalam hal ini Gabah Kering Panen (GKP).

Kendati demikian, Perum Bulog Divre NTB tetap optimis akan mampu mencapai target serapan hingga akhir tahun 2018 mendatang. “Untuk serapan pengadaan selain melibatkan satker internal Bulog juga melibat puluhan mitra pengadaan,” kata Ma’mun. (luk)

Komentar Anda