Pohon Raksasa Berusia Ratusan Tahun, Jadi Idola Wisatawan

POHON RAKSASA LOMBOLK
POHON RAKSASA: Tampak beberapa pengunjung sedang asyik berfoto ria di dekat pohon Lian, yang kini lokasi telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata di Desa Gunung Malang, Lotim. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

Pohon selain dapat menyimpan air yang bisa menjadi sumber kehidupan, ternyata juga memiliki usia hidup yang cukup lama. Seperti pohon-pohon raksasa yang ada di Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), yang kini menjadi idola para wisatawan.


JANWARI IRWAN – LOTIM


UDARA pantai di sekitar kawasan Desa Gunung Malang, seharusnya terasa panas. Namun berkat kebaradaan pohon-pohon berusia ratusan tahun jenis Lian yang konon ditanam pada jaman penjajahan Belanda, udara yang berhembus menjadi sejuk dan teduh.

“Dinamai pohon Lian, karena yang dahulu menanam pohon ini bernama Lian. Dia adalah orang asal Belanda. Bibitnya pun konon ceritanya dibawa dari Belanda, bukan asli sini,” tutur Suhardi, salah seorang penjaga pohon Lian ini.

Sebenarnya keberadaan pohon ini sudah ada sejak lama. Namun beberapa tahun terakhir, kehadiran pohon ini menjadi viral di media sosial. Sehingga menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berfoto. Hampir setiap hari lokasi pohon Lian ini ramai dikunjungi. “Hari minggu paling ramai orang datang. Kadatang ada yang dari luar negeri ada juga yang lokal,” cetus Suhardi.

Baca Juga :  Wisatawan Keluhkan Jembatan Kayu Danau Mangrove Gili Meno

Mereka yang datang kebanyakan untuk berfoto di bawah pohon yang begitu rindang ini. Entah itu sekadar foto biasa hingga menjadikannya tempat foto wedding. Tapi ada juga sejumlah orang dari luar negeri diceritakan Suhardi pernah datang melakukan penelitian terkait keberadaan pohon ini.

BACA JUGA: Potensi Wisata Pohon Raksasa Belum Dikelola Maksimal

“Ada orang Belanda yang dahulu pernah datang kemari. Dari hasil penelitian yang dilakukan, katanya sih pohon ini berusia 350 tahun. Pohon ini juga tidak bisa dicangkok,” bebernya.

Diyakini, pohon ini ditanam sejak masa penjajahan Belanda. Itu yang diduga menyebabkan kebanyakan wisatawan asing yang datang mengunjungi pohon ini berasal dari Belanda. Mulai dari sekadar hanya berfoto hingga melakukan penelitian tentang pohon.

Merasa tidak percaya dengan penelitian orang Belanda, Suhardi bersama sejumlah warga pernah beberapa kali mencoba mencangkok Lian. Dengan harapan, pohon ini bisa dikembangbiakkan dan ditanam lebih banyak lagi. Sayang, seperti apa yang sudah dikatakan para peneliti Belanda, usahanya tersebut sia-sia. “Lian memang tak bisa dicangkok,” jelas Zul, salah seorang warga setempat.

Baca Juga :  Ekonomi Baru Pariwisata Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas dan Berkelanjutan

Sesuai namanya, jika diibaratkan sebagai seorang perempuan, Lian adalah putri yang begitu cantik. Batangnya menjulang tingi ke langit dengan ketinggian sekitar 30 meter. Daunnya juga lebat, sehingga membuat suasana teduh area yang ada di bawahnya.

Sementara bagian akar menjadi idola para wisatawan untuk berfoto. Maklum, akar pohon ini sangat besar. Pun di sekitar lokasi akar pohon juga terdapat lubang-lubang yang menambah kecantikan dan kemolekan Lian.

“Saya pernah melihat teman foto di sini. Makanya saya juga datang, karena penasaran ingin melihat langsung pohonnya kayak gimana. Ternyata memang bagus dan menakjubkan. Tumben saya lihat pohon sebesar ini,” ujar Rina, salah seorang pengunjung yang berasal dari Desa Toya, Aikmel.

Rina dan temannya terlihat asik memainkan handphonenya. Jeprat-jepret sejumlah gambar dirinya, baik secara bergantian ataupun langsung berdua dengan cara wefie. (Bersambung)

Komentar Anda