PMI NTB dan IFRC Latih Relawan Bencana

PMI NTB: Tampak para relawan PMI dari enam kabupaten di NTB ketika sedang mengikuti praktik pembuatan bahan bangunan batako untuk membangun rumah aman bagi para korban bencana, Jumat (22/11). (pmi for radarlombok.co.id)

MATARAM—Sebanyak 36 relawan Palang Merah Indonesia (PMI) dari enam kabupaten di Provinsi NTB, mengikuti pelatihan “Hunian Aman”, yang dikhususkan saat kondisi tanggap darurat, dan pemulihan setelah bencana alam terjadi.

Kegiatan ini menjadi penting, guna meningkatkan kemampuan para relawan PMI dalam memberikan pertolongan dan pelayanan kemanusiaan, serta juga keamanan bagi “survivor” bencana, maupun relawan sendiri yang bertugas.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh PMI Provinsi NTB di beberapa tempat yang ada di Kota Mataram, dan didukung penuh oleh IFRC (International Federation Red Cross and Red Crescent), telah berlangsung sejak 15 November, dan ditutup, Jumat kemarin (22/11). Dimana materi terakhir, yaitu praktik membuat shelter, dan assessment masyarakat yang mengalami trauma.

“Kami rancang kegiatan ini berdasarkan pengalaman kebencanaan yang pernah terjadi di Indonesia. Istimewanya, sekarang kami juga menambahkan materi muatan lokal yang disesuaikan juga dengan kearifan lokal masing-masing daerah,” jelas Ahyanto, salah seorang fasilitator training yang juga Korlap Kebencanaan PMI Lombok Timur.

Muatan lokal yang dimaksud Ahyanto, adalah membuat batako, dimana pelatihan ini melibatkan 8 fasilitator yang sudah terlatih dalam tanggap darurat bencana, yang salah satunya bahkan berasal dari Kota Palu.

Ditambahkan Ahyanto, selama dua hari terakhir training, para peserta juga diberikan kesempatan melakukan praktik lapangan. Baik itu membuat hunian aman ramah gempa paska pemulihan dengan menggunakan batako dan pasak, lalu membuat berbagai macam hunian di saat tanggap darurat bencana. Mereka juga langsung praktik menghadapi masyarakat yang mengalami traumatik.

“Situasi praktek pelatihan dan simulasinya kami  buat sedekat mungkin dengan kondisi nyata. Mereka harus serius melakukannya, karena situasi bencana tidak bisa dilakukan dengan main-main. Kami ingin memastikan para relawan kami bisa meningkat ketrampilan, dan pengetahuannya. Karena kami juga termasuk salah satu pihak yang akan menjadi garda terdepan memberikan layanan, dan pertolongan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak bencana,” jelas Ahyanto seraya menyatakan, para relawan dalam pekerjaan kemanusiaannya juga dituntut mengikuti pedoman dan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Internasional.

Sementara salah satu peserta, Kusumahadiwijaya, relawan PMI dari Lombok Timur, mengatakan, selama enam hari día mengikuti pelatihan dan praktik lapangan, ternyata itu membuka kapasitas dirinya  lebih baik lagi. Terutama dalam hal pengetahuan dan mempertajam pengalamannya saat membantu di daerah-daerah kebencanaan kelak. (gt)

Komentar Anda