Plang Selfie Danau Segara Anak Dibongkar

LOTIM—Sesuai arahan Gubernur NTB, TGH M Zaenul Majdi, yakni melakukan penataan dan menjaga kebersihan kawasan destinasi wisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) NTB, HL Moh. Faozal, bersama Kepala Dinas Kehutanan NTB, Husnanidiaty Nurdin, serta Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Agus Budi, Senin pagi kemarin (27/6) melepas 60 pendaki (porter) untuk clean up (aksi bersih) sampah di sepanjang jalur pendakian Gunung Rinjani.

Selain aksi membersihkan sampah yang banyak berceceran di jalur-jalur pendakian, baik jalur pendakian pintu Sembalun (Lombok Timur), maupun Senaru (Lombok Utara). Ternyata ada agenda penting yang juga bakal dilakukan oleh para pendaki yang rata-rata berasal dari perkumpulan porter Sembalun dan Senaru tersebut, yakni membongkar dan menurunkan letter board atau plang selvie bertuliskan “Segara Anak Lake” yang dipasang BTNGR beberapa waktu lalu di Danau Segara Anak.

“Gunung Rinjani tanpa diberikan keterangan dan embel-embel apapun semua orang sudah tau kok. Ini ngapain dipasang plang selvie yang jelas-jelas mengganggu pemandangan dan keindahan Danau Segara Anak. Sudahlah, biarkan alam Gunung Rinjani ini natural (alami, red) saja,” kata Royal Sembahulun, koordinator pendaki dari Sembalun yang ikut rombongan clean up, kemarin.

Seperti diketahui, sejak pemasangan letter board itu di upload di media sosial, ribuan anggota pencinta alam dan penggiat alam dari seluruh Indonesia, termasuk pemerhati lingkungan dari berbagai belahan dunia langsung bereaksi keras. Semua pernyataannya senada, meminta agar plang selvie di Danau Segara Anak itu segera dibongkar. Karena selain mengganggu bentang alam dan keindahan Danau Segara Anak, pemasangan di atas gunung tertinggi ketiga di Indonesia ini juga dinilai melanggar estetika dan kepantasan.

Baca Juga :  Photo Booth Segara Anak Dibongkar Paksa

“Kalau di pintu pendakian Sembalun atau Senaru, bolehlah dipasang letter board seperti itu. Tapi ini diatas gunung, di pinggiran Danau Segara Anak, apa pantas? Boleh atau tidak boleh, diijinkan atau tidak diijinkan, plang selvie ini harus dibongkar,” sahut salah satu rombongan pendaki yang namanya enggan dikorankan.

Sementara itu, pantauan Radar Lombok di pintu pendakian Sembalun ketika pelepasan rombongan clean up Gunung Rinjani. Tampak Kepala Disbudpar NTB, HL Moh. Faozal terlihat sangat serius memberikan arahan kepada rombongan tim pendaki. Salah satu poin yang dibicarakan yaitu bagaimana menyelesaikan persoalan penanganan sampah yang hingga kini masih menjadi momok di Gunung Rinjani. Termasuk permasalahan yang sedang menjadi perhatian publik, keberadaan letter board di Danau Segara Anak. 

Usai memberikan pengarahan, Faozal kemudian tampak terlibat pembicaraan serius dengan Kepala BTNGR, Agus Budi, untuk kemudian disusul oleh Kadishut NTB, Husnanidiaty Nurdin. Sepertinya ada dilema tersendiri bagi mereka bertiga, bagaimana menyelesaikan permasalahan plang selvie yang kini telah terpasang di pinggiran Danau Segara Anak, dan mendapat hujatan tiada henti di dunia Medsos. Di satu sisi, kalau BTNGR sendiri yang membongkar, maka jelas mereka akan terkena sanksi hukum. Karena itu, mengapa BTNGR bersikeras tidak ingin membongkar letter board yang mereka pasang tersebut.

Baca Juga :  Eksplore Indonesia Bhayangkari NTB ke Puncak Rinjani

Namun karena tekanan kuat dari para pencinta alam dan penggiat lingkungan NTB, termasuk komentar pedas ribuan netizen di dunia maya, Kepala BTNGR seperti orang yang sedang kebingungan. Membongkar salah, tidak membongkar pun pasti akan disalahkan, karena kebijakannya memasang letter board itu telah membuat keriuhan.

Menurut Kadisbudpar NTB, kebingungan-kebingungan ini tidak bisa terus berlanjut, harus ada tindakan nyata segera untuk menyelesaikan persoalan plang selvie di Danau Segara Anak itu. “Saya sudah pesan kepada para tim pendaki yang akan melaksanakan clean up Gunung Rinjani, untuk membongkar leter board itu. Kalaupun nanti saya dituntut, maka alasan saya juga kuat. Tindakan yang saya lakukan ini adalah untuk kondusifitas program kepariwisataan di NTB,” tegas Faozal.

“Mohon doa dan dukungannya. Demikian kepada rekan-rekan yang telah membuat petisi di dunia maya, tolong itu juga disimpan. Siapa tau suatu saat ketika saya dipolisikan, petisi yang telah ditandatangani oleh ribuan netizen itu bisa menolong saya dari jeratan hukum,” tandas Faozal. (gt)

Komentar Anda