Pilkada 2018 Dianggap Kebangkitan Kepemimpinan Perempuan?

perempuan-berpolitik
Ilustrasi

MATARAM–Suksesi di Pilkada serentak 2018 memunculkan  sejumlah figur perempuan. Diantaranya, Siti Rohmi Djalilah, Selly Handayani dan Lale Yaquttunafis.

Aktivis perempuan NTB, Nur Jannah mengatakan, suksesi Pilkada serentak 2018 sebagai momentum kebangkitan kepemimpinan politik perempuan. Bukan tanpa alasan dan pertimbangan figur perempuan tersebut dijagokan dalam perebutan kursi kepala daerah.

Menurutnya, figur perempuan dijagokan bertarung di Pilkada sudah terbukti, teruji dan memiliki rekam jejak. Mereka punya kapasitas, modal sosial dan jejaring serta dukungan politik.

Misalnya, Selly Handayani mantan pejabat wali kota Mataram dan Siti Rohmi Djalilah mantan Ketua DPRD Lombok Timur. Kedua figure ini disebutnya memiliki kiprah dan sepak terjang yang tidak boleh dianggap remeh.

Dari banyak calon perempuan yang muncul, ia mengaku mengapresiasi keputusan ormas NW mengutus Siti Rohmi Djalilah sebagai calon gubernur NTB. begitu juga dengan lale Yaqutunnafis di Pilkada Lombok Timur.

Baca Juga :  Pemuda Muhammadiyah dan Karang Taruna Dukung Ali-Sakti

“Saya kira ini keputusan yang  patut kita apresiasi,” ujarnya.

Pengamat politik UIN Mataram, Agus MSi mengungkapkan, gejala politik Indonesia akhir-akhir ini memperlihatkan perempuan memiliki pesona politik yang menarik. Secara sosiologis ada beberapa faktor yang menjadi magnet politik perempuan di era Pilkada.

Pertama, perempuan dipandang sebagai sosok yang tekun dalam bekerja dan cenderung lebih ikhlas dibandingkan laki-laki. Karena itu, perempuan saat ini lebih banyak sukses dibandingkan laki-laki.

Kedua, gerakan gender saat ini tidak hanya sebagai gerakan sosial, tetapi telah menjadi ideologi dan ranahnya sudah menjadi isu golabal. Gerakan gender ini membangun solidaritas sosial pemilih perempuan yang memang jumlahnya lebih besar dibanding laki-laki.

Baca Juga :  Golkar Akhiri Puasa Nyalon di Pilkada Lotim

“Jadi kalau ada kandidat perempuan maka bagi sebagian besar perempuan muncul semangat untuk membela sesama perempuannya,” ungkap mantan komisioner KPU Provinsi NTB tersebut.

Ketiga, saat ini transformasi sosial terhadap isu kesetaraan politik laki-laki dan perempuan juga sudah mulai masuk di agama. Jadi elit-elit agama sudah mulai menerima alasan perempuan menjadi pemimpin politik.

Melihat gejala-gejala sosiologis ini, ia memandang Siti Rohmi akan menjadi rebutan politik dalam beberapa bulan kedepan.

“Dan saya kira elektabilitas bisa bergerak lebih cepat dibanding sebelum mendapatkan restu TGB,” pungkasnya. (yan)

Komentar Anda