Kemudian skenario ketiga, yakni Pilgub NTB akan menjadi milik paslon H Ali BD dan TGH Gede Sakti (Ali-Sakti). Meski nonpartai, tapi ada ormas NW Anjani dan Sakti cukup bagus menjadi magnet. ‘’Dan ingat, Ali BD sudah dua periode jadi Bupati Lotim, jadi kuat di sana,” terang Asrin.
Menurut Asrin, ormas pendukung Ali-Sakti bukan saja NW Anjani. Namun Ormas Nahdlatul Ulama (NU), juga akan memberikan kontribusi suara. “Ali BD secara kultural lebih dekat dengan NU. Kalau bisa lebih dikawal suara di NW dan NU ini, maka peluang kemenangan terbuka lebar,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan nasib paslon nomor urut 3, Dr Zulkieflimansyah dan Dr Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi)? Dr Asrin tidak memasukkan paslon tersebut dalam skenario pemenang Pilgub NTB. Apalagi, nama Dr Zul dan Dr Rohmi masih melekat sebagai pendatang baru dalam dunia perpolitikan NTB. Terdapat beberapa alasan, sehingga paslon Zul-Rohmi menjadi yang terlemah. Salah satunya, peran Gubernur NTB TGB KH M Zainul Majdi hingga saat ini belum terlihat. “Zul-Rohmi itu pendatang baru. Dalam catatan Pilkada NTB, pendatang baru akan paling repot. TGB juga belum pernah turun langsung,” ungkapnya.
Dr Zul selaku cagub, diyakini tidak bisa meraih suara maksimal di Pulau Sumbawa. Mengingat, di sana ada dua calon lain yang berasal dari Sumbawa dan Bima. Begitu juga dengan suara jamaah NW Pancor, hubungan emosional dengan Dr Zul belum begitu kuat. “Apalagi kalau calon lain bilang akan dukung TGB maju di pilpres. Dan memang kalau TGB, sebaiknya fokus saja untuk hajatan pilpres. Tapi saya yakin beliau tidak akan all out untuk Zul-Rohmi,” paparnya.
Jualan isu melanjutkan ikhtiar TGB oleh Zul-Rohmi, sejauh ini dinilai kurang efektif. Apalagi keduanya masih baru dalam percaturan politik NTB. “Dr Zul itu secara intlektualitas dia mampu, rekam jejaknya bagus. Tapi dalam politik, hal itu tidak bisa menjamin akan mampu mengalahkan tokoh lain yang sudah lama mengakar di NTB,” ucapnya.
