SELONG – Pemkab Lombok Timur diminta memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada para petani tembakau melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang diterima daerah setiap tahun dari pemerintah pusat. Aspirasi ini disampaikan oleh Aliansi Rakyat Tani (ASRI NTB) saat menggelar hearing di DPRD Lotim, Rabu (6/10).
Diketahui DBHCHT yang didapatkan Lotim cukup besar. Namun dana itu belum cukup dirasakan manfaatnya secara langsung oleh para petani tembakau.
Di tengah kondisi petani tembakau yang sedang kritis seperti sekarang ini, BLT dari DBHCHT sangat dibutuhkan.” Makanya kita minta BLT untuk petani tembakau ini harus disegerakan,” ungkap Habiburrahman, perwakilan ASRI NTB.
Ketua Komisi IV DPRD Lotim, Hasan Rahman, setuju dengan pemberian BLT DBHCHT untuk para petani tembakau. Apalagi DBHCHT yang diterima Lotim nilainya cukup besar mencapai angka Rp 59 miliar di tahun ini dan itu diprediksi akan meningkat di tahun 2022 mendatang.” Kita sudah setujui termasuk oleh Pemkab Lotim. Sekarang tinggal disusun formatnya saja,” terang Hasan.
Mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) 206 tahun 2020, format penggunaan DBHCHT ini sudah jelas. Baik itu untuk program kesehatan, penegakan hukum termasuk juga kesejahteraan petani. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai acuan oleh Pemkab Lotim untuk merealisasikan BLT DBHCHT di tahun mendatang.” Saya rasa BLT DBHCHT ini sangat efektif. Karena itu akan bisa menggerakkan roda perekonomian masyarakat sama seperti BLT lainnya,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Lotim, H. Hasni, mengatakan tidak hanya Pemkab Lotim yang mendorong pemberian BLT ini, namun Pemrov juga membuat Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) yang berlokasi di eks Pasar Paokmotong. Dengan berdirinya KIHT tersebut maka sentra industri tembakau akan mendapatkan pembinaan.” Sentra cukai tembakau di Lotim cukup banyak. Tapi belum memberikan kontribusi. Makanya kita berharap KIHT bisa segera terbangun sehingga industri tembakau ini bisa lebih baik. Sehingga tembakau ini tidak hanya kita kirim dalam bentuk gelondongan tapi juga harus ada sentra pengolahannya,” terang Hasni.(lie)