BICARA tentang keindahan alam Pulau Lombok, khususnya obyek wisata pantai. Maka apa yang dikenal selama ini oleh para wisatawan ternyata baru sebagian kecil saja yang terekspose, atau telah berkembang. Seperti obyek wisata Pantai Senggigi (Lombok Barat), kawasan Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno (Lombok Utara), atau kawasan Pantai Mandalika Resort (Lombok Tengah).
Masih banyak obyek-obyek wisata pantai di Lombok yang keindahannya bahkan mengalahkan destinasi wisata yang sudah berkembang tersebut. Salah satunya adalah Pantai Tangsi, atau belakangan kemudian lebih populer dengan nama Pink Beach, yang terletak di Dusun Temeak, Desa Serewe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
“Masyarakat lebih mengenal pantai sepanjang sekitar 500 meter ini dengan nama Pantai Tangsi, karena di sekitar pantai yang dikelilingi medan perbukitan ini banyak terdapat jejak-jejak peninggalan tentara Jepang, seperti goa-goa, dan juga meriam besar di pantai Tanjung Ringgit yang moncongnya langsung mengarah ke laut di pantai selatan (Samudera Indonesia),” kata Junaedi, warga setempat yang sehari-hari menjual jasa mengantarkan pengunjung pantai Pink yang ingin menikmati keindahan aneka satwa laut dengan perahu glass botoom.
Pantai Pink dan pantai Tanjung Ringgit (berjarak sekitar 1 kilometer) lanjut Junaedi, pada jaman Perang Dunia II merupakan barak militer tentara jepang. “Buktinya, di kaki bukit yang langsung menghadap ke pantai Pink, terdapat 2 goa Jepang yang panjangnya masing-masing sekitar 30 meter dan 40 meter, dengan kondisi masih alami,” jelasnya.
Selain itu, di dataran yang sekarang banyak ditumbuhi oleh padang ilalang itu, ujar Junaedi seraya menunjuk lokasi dimaksud (sekitar 100 meter dari pantai Pink), masih terlihat jelas pondasi-pondasi bangunan bekas markas tentara Jepang. Sementara di puncak tebing di pantai Ringgit terdapat sebuah meriam yang cukup besar milik para tentara Jepang yang ditinggalkan.
Lantas, sejak kapan pantai Tangsi ini kemudian berubah nama menjadi pantai Pink? “Dinamakan pantai Pink, karena pada waktu pagi dan sore hari, ketika matahari menyinari pantai, pasir putihnya ternyata berubah warna menjadi pink. Apalagi ketika pasir pantainya masih basah oleh ombak, warna pink terlihat seperti menyala. Sungguh pantai yang eksotis,” terang Junaedi.
“Bisa berwarna pink, karena pasir pantainya yang putih bersih itu bercampur dengan pasir berwarna merah dari pecahan-pecahan karang berwarna merah yang banyak terdapat di pantai Pink,” sambung Junaedi.
Dari cerita mulut ke mulut para wisatawan yang pernah berkunjung ke pantai Pink, serta dari hasil bidikan kamera para photographer yang kemudian di upload melalui sejumlah media social (internet), pantai Tangsi yang kemudian lebih dikenal dengan nama pantai Pink akhirnya dikenal oleh para wisatawan dari berbagai belahan dunia.
“Meskipun akses jalan menuju lokasi pantai Pink kondisinya masih rusak parah, belum ada fasilitas penginapan (hotel), restaurant, maupun fasilitas public lainnya di sekitar pantai Pink, namun setiap hari tidak pernah sepi dari para pengunjung,” papar Junaedi seraya menyampaikan, sebenarnya ada fasilitas akomodasi (bungalow) berjarak sekitar 5 kilometer dari pantai Pink, namun harganya masih cukup mahal untuk kalangan wisatawan menengah ke bawah, Rp 1,7 juta per malam.
Karena itu, banyak diantara wisatawan yang akhirnya lebih memilih paket-paket wisata harian (one day trip) untuk menikmati keindahan pantai Pink. Akibat waktu yang tersita diperjalanan, obyek wisata yang dikunjungi juga terbatas di sekitar pantai Pink saja, mereka tidak bisa menjelajah lokasi-lokasi pantai lainnya, atau gili-gili (pulau kecil) yang banyak terdapat di sekitar kawasan, dengan pemandangan yang juga tidak kalah indahnya.
“Sebenarnya saya ingin berkunjung ke pantai Tanjung Ringgit untuk melihat meriam peninggalan tentara Jepang. Tapi karena akses jalan yang kurang bagus, ditambah lagi dengan waktu yang habis diperjalanan menuju ke pantai Pink saja, terpaksa keinginan saya ini tertunda. Entah kapan lagi saya bisa berkunjung ke Lombok?” ujar Dita Yulianti, wisatawan asal Jakarta agak kecewa.
Dari Kota Mataram, pantai Pink berjarak sekitar 80 kilometer, yang kalau ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat, paling tidak butuh waktu sekitar 2,5 jam, atau lebih, karena kondisi jalan yang rusak dan berlobang-lobang.
“Apalagi ketika sampai di pertigaan jalan menuju ke pantai Pink yang berjarak sekitar 15 kilometer, kondisi aspalnya sudah mengelupas, sehingga yang tersisa hanya jalanan tanah yang berlobang-lobang, dan berbatu. Kalau musim kemarau jalanan menjadi berdebu, sedangkan kalau musim hujan jadi berlumpur dan licin. Apalagi banyak tanjakan, sehingga butuh kehati-hatian ketika mengemudi,” beber Haris, salah satu guide asal Kota Mataram yang sedang mengantarkan tamunya berkunjung ke pantai Pink.
“Namun demikian, lelah dan penat akibat menempuh medan jalanan yang rusak, akan terbayar lunas setelah sampai di pantai Pink. Berjemur di pantainya yang berpasir putih dan lembut, mandi di air yang tenang dan jernih karena pantai Pink memang berlokasi di teluk, atau menikmati panorama pantai dari puncak bukit sebelah kanan dan kiri pantai Pink, tentu menjadi pengalaman yang indah. Apalagi ketika cuaca sedang cerah, panorama Gunung Rinjani yang berada tepat di hadapan pantai Pink akan menjadi suguhan penjelajahan keindahan yang akan dikenang seumur hidup,” pungkas Haris. (gt)