Pesona Kain Tenun Pringgasela Yang Mulai Tenggelam

TENUN PRINGGASELA: Masnir, pemilik Art Shop Young di Kecamatan Pringgasela, Lotim, menunjukkan sejumlah kain tenun songket hasil para perajin tenun yang bernaung di Art Shop-nya. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

Pesona kain tenun dari Pringgasela, Lombok Timur (Lotim), di era tahun 1990 hingga 2000-an, sempat populer ke berbagai penjuru dunia. Masa itu, para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara berebut memburu kain hasil kerajinan tangan ini. Hanya saja, kondisinya kini justeru berbanding terbalik.


IRWAN – LOTIM


RATUSAN lembar kain tenun khas Pringgasela terlihat terpajang di salah satu Art Shop yang berada di jantung Kecamatan Pringgasela, tepatnya di sebelah kiri Tugu Pringgasela, jika datang dari arah Rempung. Di sekitar jalan ini, sebenarnya ada beberapa Art Shop lain yang juga menawarkan keindahan tenun khas Pringgasela.

Tetapi karena kondisi yang lagi sepi pembeli, Senin kemarin (20/2), beberapa Art Shop justeru lebih memilih tutup. Hanya satu dua Art Shop saja yang masih buka. Seperti “Art Shop Young”, yang ketika Radar Lombok tiba di depan lapak, disuguhi pemandangan ratusan kain tenun berwarna-warni, dengan motif-motif khas Lombok, dipajang di toko seni milik Masnir ini.

[postingan number=3 tag=”wisata”]

Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menarik. Namun sayang, tak ada satu pun pembeli yang datang. "Ya beginilah kondisinya. Ini sudah seminggu, belum ada pelanggan (pembeli) sama sekali," tutur Masnir, membuka perbincangan dengan Radar Lombok.

Baca Juga :  Pembangunan Objek Wisata Bakal Dituntaskan

Meski sepi, namun Masnir mengaku selalu tetap membuka Art Shopnya. Karena, di Art Shop inilah, dia beserta puluhan perajin kain tenun Pringgasela lainnya menggantungkan harapan, seraya berdoa semoga kejayaan masa lalu segera datang kembali.

Masnir mengaku mulai membuka Art Shop miliknya tersebut sejak tahun 1991. Di sini, dia dan para perajin kain tenun yang ada di Pringgasela memasarkan produknya. Para perajin memasok kain tenun mereka ke Art Shop milik Masnir, dan barang itu (kain) akan dibayar setelah terjual. Tentu saja keuntungan dibagi sesuai kesepakatan.

Namun demikian, terkadang ada juga para perajin yang meminta bayaran terlebih dahulu. “Biasanya kalau mereka ada kebutuhan mendadak untuk biaya sekolah anak, atau keperluan lain, mereka meminta uang lebih dahulu. Kalau memang ada, ya tentu saja saya bantu,” ceritanya.

Diakui, Art Shop Young miliknya ini melibatkan 19 orang perajin tenun yang biasa memasok kainnya untuk dipasarkan. Termasuk kain hasil tenunan Masnir sendiri. “Kebetulan saya ini juga perajin. Bagi kami di Pringgasela, semua perempuan harus bisa Nyesek atau Menenun. Entah itu nanti akan dilanjutkan jadi pekerjaan atau tidak, yang penting bisa dulu. Karena ini adalah warisan turun-temurun dari orang tua kami,” jelasnya.

Baca Juga :  Kebersihan Objek Wisata Jangan Disepelekan

Hasil tenunan di Pringgasela sambugnya, berbeda dengan kain tenun di daerah Lombok lainnya. Di sini, ada berbagai macam jenis dan bentuk yang khas. Mulai dari bahan hingga pewarnaan.

“Untuk kain tenun yang paling mahal itu songket yang diwarnai menggunakan bahan alami. Misalnya warna cokelat dari kayu, warna kuning dari kayu nangka, dan lainnya. Itu harganya sampai jutaan rupiah. Sementara kalau barang-barang seperti ini (sambil menunjuk deretan kain), biasanya paling banyak pembelinya berasal dari Jepang dan belahan dunia lainnya,” bebernya.

Selain itu kain tenun Songket Pringgasela juga banyak disukai wisatawan asal Eropa seperti Belanda dan Italia. Beberapa kali mereka datang ke Pringgasela, khusus memesan motif yang diinginkan. "Kadang ada yang pesan 30 sampai 60 lembar kain. Makanya dahulu perajin tenun songket kami sangat senang," kenangnya.

Dahulu kisahnya, setiap hari pelanggan yang datang bisa mencapai puluhan orang. Namun entah apa penyebabnya, kondisi sekarang berubah drastis. Terparah terjadi tahun 2016 kemarin. "Pernah dalam tiga bulan itu nggak ada pelanggan sama sekali. Kami nangis dalam hati. Karena sepi sekali nggak ada wisatawan yang datang membeli," keluhnya. (*)

Komentar Anda