Peserta Konfrensi Internasional AMSA Demo

Peserta Konfrensi Internasional AMSA Demo
AKSI: Peserta International Conference ASEAN Muslim Students Association Ketika menggelar aksi di depan kantor Gubernur NTB, Jumat kemarin (24/3) (M.Haeruddin/Radar Lombok)

MATARAM— Polemik yang terjadi antara peserta International Conference ASEAN Muslim Students Association dari berbagai negara  dengan panitia pelaksana dari ASEAN Muslim Students Association (AMSA) berbuntut panjang.

Sejumlah peserta mendatangi kantor gubernur untuk mengadukan perlakuan yang dilakukan oleh panitia itu. Bahkan tidak hanya mengadukan terkait kepanitiaan, namun para peserta tersebut mengancam  memboikot apapun kegiatan mahasiswa yang berskala nasional maupun internasional yang  diadakan di NTB karena sudah merasa sangat kecewa dengan apa yang dialami saat ini. ”Kami sudah berkomunikasi dengan BEM-Nusantara dan kami akan bersurat kepada seluruh BEM di Indonesia agar jika ada kegiatan kemahasiswaan di NTB untuk tidak mengikutinya sehingga tidak menjadi korban,”ungkap Ismail Ahmad Siregar peserta konfrensi internasional asal  Medan ketika berorasi di depan kantor gubernur Jumat kemarin (24/3).

[postingan number=3 tag=”AMSA”]

Ia mengakui datang jauh-jauh dari Medan namun sangat disayangkan setelah berada di NTB ia bersama rekanya diperlakukan tidak manusiawi oleh panitia.”Kami mengadu ke pemerintah karena tidak mungkin acara berskala internasional tidak diketahui oleh pemda. Kami tidak pernah dikasih makan dan kami membeli makan sendiri,”ujarnya.

Disampaikan juga   para peserta sudah sepakat untuk tidak melanjuti kegiatan tersebut. Kalaupun saat ini ada peserta yang ikut untuk ikut karena mereka merasa takut akan intimidasi dan harus menyerahkan laporan pertanggungjawaban (LPJ) ke  kampusnya nanti.”Peserta yang lain sudah diajak keluar dan yang mengajak itu mahasiswa Lombok. Mereka ikut bukan karena mau melanjutkan kegiatan ini tapi karena ia butuh LPJ sehingga mereka minta izin sama kami untuk tetap mengikuti dan mempercayakanya kepada masing-masing perwakilan daerah,”ungkapnya.

Baca Juga :  Luthfi: Masyarakat Jangan Mudah Terprovokasi

Irwansyah mahasiswa lainnya  menyampaikan yang dipersoalkan peserta  masalah tanggung jawab. Panitia sudah menjanjikan untuk menjemput para peserta namun pada kenyataanya banyak peserta yang sampai tidur di emperan jalanan.”Saya tidak mau ke NTB kalau untuk kegiatan kemahasiswaan. Cukup ini yang terakhir tapi kalau untuk jalan-jalan mungkin suatu saat saya akan datang,”ujarnya.

Ia sangat kecewa karena acara berlabel  internasional namun  tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan ia sempat meminta untuk audiensi dengan Pemkot Mataram  namun panita tidak pernah menepati.”Tadi malam kita diajak ke pendopo wali kota katanya mau kita audiensi tapi pas sampai sana malah acara seremonial, ketika kita protes malah kita dikatakan membangkang,”ujarnya.

Sementara itu Sekjen pengurus besar ASEAN Muslim Students Association (AMSA) Wawan Nur Rewa menyampaikan bahwa masalah ini sebenarnya karena adanya miskomunikasi. Panitia diklaim oleh peserta mengelola dana besar namun ternyata semuanya tidak ada.”Kami akui ada kelalaian dan panitia juga sudah kami rombak karena tadi (kemarin) malam kami sudah bubarkan namun dalam jangka waktu 1 x 24 jam  untuk menambah kembali kepanitiaan,”ujarnya.

Ia menampaikan   kalau masalah makanan dan penginapan, ia mengaku tidak mengetahi karena itu merupakan urusan kepanitiaan. Namun sebenarnya  acara konfrensi internasional pemuda muslim ASEAN ini dalam konsepnya sudah matang.

”Ini karena miskomunikasi antara panitia lokal dan panitia pusat sehingga masalah itu terjadi.Kami sudah komunikasi dengan peserta dan kami siap menggantikan uang transportasi yang mereka gunakan,”tambahnya.

Baca Juga :  Kantor Bupati Dilempari Telur Busuk

Namun ia membantah jika panitia tidak pernah memberikan makanan. Menurutnya panitia menyediakan makanan pada pukul 07.30 WIta. Namun saat menyediakan makanan tersebut banyak peserta yang masih tidur dan ada juga yang berkeliaran sehingga sangat wajar tidak mendapatkan makanan.”Kami saweran juga dari PB (pengurus besar) untuk membelikan makanan. Jadi kalau masalah tidak pernah dikasih makan itu tidak benar,”ujarnya.

Terkait dengan surat izin dari kepolisian yang belum keluar, ia menyampaikan kalau itu urusan kepantiaan dan sudah melakukan komunikasi dengan panitia yang sudah terbentuk saat ini. Namun kalaupun acara itu dibubarkan, bukan AMSA yang akan rugi tapi para peserta tidak mendapatkan sertifikat untuk dibawa ke kampus. ”Itu urusan panitia dan sudah kami komunikasi.Kalau kami tidak apa-apa meskipun acara ini gagal tapi para peserta ini akan rugi. Kami organisasi besar yang sudah jelas ada izin-nya,”ungkapnya

Peserta konfrensi ini akhirnya difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk kembali melakukan mediasi. Sempat terjadi kericuhan ketika ada salah seorang yang mengaku panitia datang. Peserta konfrensi marah.   Namun beruntung tidak sampai terjadi amuk massa karena panitia tersebut langsung diamankan.

Peserta International Conference ASEAN Muslim Students Association yang mendatangi Pemprov tersebut didampingi oleh anggota aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan aktivis kampus lainnya. (cr-met)

Komentar Anda