Peselancar NTB Sabet Medali Perunggu di Kejurnas Selancar Ombak

RAIH PERUNGGU : Salah satu atlet Selancar Ombak NTB, Bronson Meydi (paling kiri) bawa pulang Perunggu untuk NTB (CHANDRA FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM – Dari dua atlet Selancar Ombak yang dikirim Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) NTB, salah satunya, Bronson Meydi berhasil meraih medali Perunggu dalam Kejurnas Selancar Ombak yang berlangsung di Pantai Pererenan, Bali belum lama ini.

“Sementara Western Hirst gagal di babak perempat final. Tapi ini kita anggap sebagai capaian maksimal yang didapat atlet kita.” kata Ketua Pengprov PSOI NTB Chandra Aprinova.

Dijelaskannya, sebelum bertanding di babak final, Bronson yang masuk dalam heat 1 berada di peringkat pertama. Bronson membukukan 13.27 poin. Peringkat dua heat 1 ditempati I Made Raditya Rondi asal Bali. Sedangkan peringkat ketiga diduduki Gilang Edward asal Jawa Barat.

Pada babak final, Bronson kalah poin dari peselancar tuan rumah I Made Darmayasa. Sementara peringkat kedua direbut Dany Widianto asal aceh. Poin yang diraih Bronson tidak maksimal karena faktor ombak dan cuaca yang tidak mendukung. Meskipun dukungan dari pemerintah minim, tapi dia bisa dapat prestasi. Ini membawa nama baik NTB.

Pada Kejurnas tersebut Pengprov PSOI NTB berencana menurunkan tiga atlet, yakni Bronson Meydi, Western Hirst dan Muhammad Rifai. Namun karena keterbatasan anggaran dan tidak dapat dukungan, hanya dua yang diberangkatkan Bronson dan Western. Sayangnya Western yang harus terhenti di babak perempat final.

Sementara Muhammad Rifai justru diambil Papua. Dia bertanding dengan label membela Papua. Hasilnya Rifai masuk perempat final dengan membawa bendera Papua.

“Jangan sampai ada atlet-atlet lain yang diambil daerah lain,” katanya.

Chandra mengatakan kendala utama pengprov cabor adalah anggaran, khususnya saat menghadapi kejuaraan-kejuaraan. Banyak atlet yang gagal berangkat karena tidak ada anggaran. Persoalan ini harus menjadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah.

“Saya usulkan seluruh cabor resmi di NTB bisa saling mendukung dengan iuran bersama. Ketika ada cabor yang kejurnas dan terkendala biaya, iuran inilah yang bisa dimanfaatkan. Dalam keterbatasan saat ini kita harus saling bahu membahu,” pungkasnya. (rie)

Komentar Anda