Pesan-Pesan Brigjen Pol Umar Septono Di Akhir Masa Jabatannya (2-Habis)

PIMPIN : Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono saat meminpin upacara perayaan hari ultah Korps Brimob beberapa waktu lalu di Mataram. (Polda NTB For Radar Lombok)

Selama mengemban amanah sebagai Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono memiliki banyak cerita dan kisah.

 


ALI MA’SHUM—MATARAM


Brigjen Pol Umar Septono dilantik sebagai Kapolda NTB tertanggal 5 Juni 2015 menggantikan Brigjen Pol Sriyono. Pelantikan dipimpin langsung oleh Kapolri saat itu Jenderal Badrodin Haiti di Mabes Polri. Sebelum menjabat sebagai Kapolda NTB, Umar bertugas selaku Karobinops Mabes Polri.

Dalam masa kepemimpinannya selama 1 tahun 8 bulan sebagai Kapolda NTB, suami Nyonya Ana Umar Septono di kenal dekat dengan anak buahnya. Tidak hanya di Polda, tapi juga diseluruh Polres jajaran. Ia mengaku bangga dan bahagia selama bertugas di NTB. Dikarenakan, NTB adalah daerah seribu masjid. Itu pun kata dia sudah dibuktikannya selama menjabat. ‘’ Sampai hari ini tidak habis masjid yang saya kelilingi di Lombok dan NTB,'' katanya.

[postingan number=3 tag=”boks”]

Selama menjabat, beberapa kali konflik antar kampung.  Secara umum penyelesaian konflik antar kampung tidak akan diselesaikan melalui kekerasan. Penegakan hukum juga disebutnya tidak selamanya menyelesaikan masalah. Seperti penyelesain konflik Monjok dan Karang Taliwang beberapa waktu lalu. Itu kata dia diredakan lewat pendekatan dan merendahkan hati. Dirinya kala itu bersedia mencium kaki tokoh Monjok dan Karang Taliwang. Hal itu rela dilakukannya asalkan kedua lingkungan tersebut tetap bersatu dan bersilaturahim menjalankan perintah Allah SWT. ‘’ Mereka saat itu bilang tidak perlu. Ya sudah damai kalau begitu, kan malu kita konflik terus menerus,’’ terangnya.

Dirinya juga saat itu datang ke kedua wilayah tersebut tanpa menggunakan kekuatan apapun dan tidak didampingi oleh personel kepolisian. ‘’ Saya kesana waktu itu bersama dengan ajudan dan sopir saja dan itu diterima oleh masyarakat. Bahwa tidak selamanya permasalahan konflik diselesaikan dengan kekerasan dan penegakan hukum. Mudah-mudahan disana tetap aman, tenang dan damai,’’ katanya.

Baca Juga :  Perjuangan Dibalik Prestasi Juara Nasional Bumdes Lendang Nangka

Selama menjabat sebagai Kapolda NTB. Umar selalu mengedapankan keteladanan kepada anggotanya. Ia tak segan-segan mempraktekkan hal sekecil apapun. Seperti memungut sampah dan menyapu. Konsep ini kata dia diajarkan langsung oleh orangtuanya. Dia diajarkan dimanapun bertugas harus bisa memberikan contoh. ‘’Itu saya dapat dari orangtua saya dan kakek saya. Itu orang-orang yang sangat disegani di kampung saya dan disegani walaupun hidupnya sederhana serta merakyat. Itu yang saya contohkan,’’ jelasnya.

Selain itu, melalui Alquran dan hadist yang dibacanya bahwa Rasulullah dan nabi-nabi yang lain serta Umar Bin Khattab mengajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. ‘’ Saya tahu amanah itu menakutkan setelah membaca itu. Ternyata naik pangkat dan jabatan bukan gagah. Tapi ketakutan karena berbahaya kalau salah-salah kita mencermatinya. Itu bisa menjadi bencana kita baik di dunia dan akhirat. Makanya saya menerima amanah ini menjadi sedih. Apakah saya mampu atau tidak,’’ katanya.

Untuk itu, kepada diri pribadi ia berjanji, setelah mendapat promosi di Mabes Polri ibadah yang dilakukan akan lebih baik lagi kedepannya. ‘’Kalau sama, itu artinya merugi. Kalau ibadahnya turun itu celaka. Makanya saya praktekkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah coba saya impelementasikan kepemimpinan,’’ imbuhnya.

Meski sudah menanam berbagai kebaikan dan memberikan contoh, ia mengaku belum bisa dijadikan contoh orang lain. ‘’ Jangan dulu contoh saya. Saya belum bisa dijadikan contoh, cukup Rasullullah saja yang menjadi teladan. Jadi kepemimpina saya itu mengikuti Rasulullah dan ketegasannya dari Umar bin Khattab,’’

Ia juga meminta anak buahnya selama bertugas di NTB untuk selalu yakin dengan janji Allah SWT.

Umar juga selama menjabat terkesan jarang dikawal oleh mobil Patroli saat melakukan kunjungan ke beberapa daerah di NTB. Kemanapun, ia selalu didampingi oleh ajudan dan sopir. Padahal dia adalah pucuk pimpinan kepolisian di NTB. ‘’ Saya disini bukan untuk dikawal-kawal dan disanjung-sanjung. Apalagi ditakuti, dihormati dan didatangi. Karena kita itu adalah pelayan rakyat,’’ ungkap pria yang sebentar lagi akan promosi menjadi jenderal bintang dua ini.

Baca Juga :  Mengenal Adzkia Aisya Mas’ud, Wakil Indonesia di Olimpiade Matematika Internasional di Hongkong

Dirinya tidak pernah membawa statusnya kemanapun dia pergi. Menurutnya, kerendahan hati itu yang penting.'' Ke tukang ojek oke, ke tukang sapu bisa. Bahkan dikandang kerbau juga saya menyatu dengan masyarakat. Apa salahnya Jenderal ke kandang kerbau, kan tidak ada bedanya. Yang membedakan itu hanya ibadah dan sopan santunnya serta kesederhanaan menghargai rakyat kecil dibawahnya,’’ terangnya.  

Perbedaan itu juga ditegaskannya bukan dengan dikawal-kawal dengan menggunakan mobil mewah. Karena jika dikawal akan menjadi tinggi hati. ‘’ Ini lho saya Kapolda, ini lho saya Jenderal. Karena Allah sudah jelas mengatakan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Jadi mendengar ayat itu saya tidak boleh sombong. Terutama yang lebih rendah dari saya. Menjawab salam itu wajib, tapi mendatangi adalah yang utama. Maka saya prioritaskan untuk mendatangi masyarakat,’’ jelasnya. 

Selama menjabat Umar, dikenal sebagai pemimpin yang kerap mendatangi anggotanya yang sedang sakit. Jika tidak sampai datang ia juga merasa gagal sebagai pemimpin. ‘’ Kalau tidak datang menjenguk itu berarti saya gagal. Karena Hablumminanasnya mana tidak nyambung, masih ada kesombongannya. Makanya saya tidak boleh dikawal-kawal. Saya itu pelayan rakyat,’’ tegasnya.

Selebihnya ia mengaku meminta maaf kepada seluruh warga NTB. Hal ini diunngkapnnnya sebagai manusia biasa tentu mempunyai kehilafan dan kesalahan. ‘’ Saya minta maaf barang kali ada yang merasa tersinggung selama menjabat. Atau juga mungkin karena saya kurang respon selama ini. saya minta maaf,’’ tandasnya. (*)  

Komentar Anda