MATARAM – Ribetnya memesan kamar hotel hingga harga yang tidak bersahabat jelang MotoGP Mandalika 2024 viral di media sosial. Bahkan, banyak pihak beranggapan akomodasi mahal menjadi salah satu penyebab kurang lakunya tiket MotoGP.
Deputy General Manager The Mandalika Mamit Hussein mengatakan, ada dua penyebab masyarakat enggan membeli tiket MotoGP Mandalika 2024. Masyarakat yang dari luar Lombok, seperti di Jawa, Jakarta dan lain sebagainya cukup trauma dengan mahalnya harga akomodasi kamar hotel dan pesawat pada MotoGP 2022 dan 2023.
Mamit mengaku, banyak menerima keluhan soal mahalnya harga akomodasi sehingga mengurungkan niatnya mereka untuk membeli tiket MotoGP.
”Harga flight-nya tinggi. Jadi itu yang membuat kami kesulitan untuk meyakinkan mereka membeli tiket,” katanya, Sabtu (7/9).
Persoalan kedua kata Mamit, adalah karena kebiasaan masyarakat yang suka membeli tiket MotoGP pada last minute atau beberapa hari jelang MotoGP.
“Jadi saya diskusi dengan penyelenggara tiket dan festival, memang penonton itu tidak bisa cepat-cepat beli tiket. Makanya sekarang kita buat untuk promonya di awal-awal kemudian harga tiketnya nanti kembali normal,” jelas Mamit.
Pihaknya telah melakukan sejumlah upaya untuk mempromosikan tiket MotoGP. Mulai paket bundling dan lain sebagainya. ”Meskipun harga tiket MotoGP Mandalika sudah murah namun persoalan harga kamar hotel masih melambung tinggi,” bebernya.
Hingga saat ini, total tiket MotoGP Mandalika 2024 yang sudah terjual tembus 30 ribu lembar. ”Sebulan yang lalu masih 6 ribu. Sekarang kita sudah push dengan melakukan distribusi dan promosi di berbagai macam platform,” ungkapnya.
Mamit berharap adanya kolaborasi antara pengusaha hotel, maskapai dan penyelenggara MotoGP. ITDC dan MGPA sudah membawa event sebesar MotoGP, sehingga efeknya diharapkan bisa banyak wisatawan yang datang ke Lombok.
Penonton yang hadir tentunya akan menambah okupansi hotel, memperpanjang masa tinggal, UMKM untung, daerah juga semakin maju.
“Dari komentar media sosial banyak yang keluhkan itu. Dari kita dan dari pihak ketiga yang menjual tiket juga sama. Saya benar-benar mengharapkan kolaborasi dari semua pihak untuk menyadari betapa pentingnya penyesuaian harga akomodasi,” tutup dia.
Terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB menyoroti kenaikan harga kamar hotel jelang MotoGP disebabkan keterlibatan travel agent yang menaikkan harga kamar hotel hingga berkali-kali lipat.
”Kita patut waspadai soal kenaikan harga kamar hotel itu dari travel agent yang kadang kala menaikkan harga. Di dalam pergub, memang tidak ada ketentuan (soal travel agent, red),” katanya.
Wahyudin berharap, pemerintah bisa mengambil sikap pada travel agent nakal. Lantaran di dalam Pergub Nomor 9 Tahun 2022, hanya pelaku hotel saja yang diatur boleh menaikkan harga kamar sesuai zona. Sedangkan, para travel agent tidak diatur ke dalam pergub. Artinya, para travel agent bebas menaikkan harga kamar setinggi-tingginya.
”Harapan kami, makin banyak wisatawan yang berkunjung ke NTB. Kalau mereka lihat tarif hotel (NTB) cukup besar, bisa saja mereka menginapnya di Bali dan ke sini untuk menonton (MotoGP) saja, jadi yang menerima (keuntungan MotoGP) hanya di Bali,” tutupnya. (rie)