Pertamina Dukung Pengembangan Kerajinan Kain Tenun dari Sampah Plastik

Salah seorang perajin penenun di Desa Sukarara saat menenun membuat alas meja berbahan baku sampah plastik dikominasikan dengan benang, Sabtu (10/6).

PRAYA – Desa Sukarara, Lombok Tengah dikenal dengan desa perajin kain tenun yang cukup populer bagi wisatawan nusantara hingga mancanegara. Berbagai motif khas Lombok dihasilkan para perajin kain tenun di Desa Sukarara Lombok Tengah ini. Di tengah populernya kain tenun, PT Pertamina Patra Niaga hadir memberikan pembinaan dan pendampingan kepada Kelompok Tenun Wanita “Mina Tenun” Desa Sukarara untuk menghadirkan produk tenun berbahan baku dari sampah kantong plastik yang dikombinasikan dengan benang.

Alhasil, produk kain tenun berbahan dasar sampah kantong plastik tersebut menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi dan mendapatkan respon positif dari pasar yang sebagian besar dari wisatawan mancanegara.

Dengan melibatkan para perempuan penenun di Desa Sukarara, mampu menyulap sampah kantong plastik menjadi berbagai produk kerajinan tenun. Seperti tas tenun plastik, dompet, sarung bantal dan taplak meja tenun plastik.  

Ketua Kelompok Tenun Wanita “Mina Tenun” Desa Sukarara, Ani Apriani menuturkan awal mula memproduksi kerajinan kain tenun berbahan dasar sampah plastik, bermula adanya kegelisahan dengan persoalan sampah plastik yang semakin meresahkan. Pasalnya, sampah plastik ini sulit terurai ketika ditanam dalam tanah dan merusak lingkungan. Berawal dari berbagai persoalan sampah plastik itu, ia kemudian mengiiniasi mengumpulkan berbagai sampah plastik dan mengajak belasan para penenun perempuan di Desa Sukarara untuk membuat kain tenun berbahan kombinasi sampah plastik dan benang.

Baca Juga :  Pertamina Tingkatkan Kualitas HSSE Melalui Defensive Driving Training

“Inovasi tenun plastik ini dikembangkan sejak akhir tahun 2022 dengan melibatkan belasan perajin tenun di Desa Sukarara,” tutur Apriani, Sabtu (10/6).

Kelompok mengawali proses tenun plastik ini dengan mengumpulkan kantong plastik dari rumah ke rumah dan juga mengambil dari bank sampah. Setelah dibersihkan, sampah plastik dipotong memanjang sekitar satu sentimeter secara manual lalu dirangkai menjadi pengganti benang. Untuk kain tenunan plastik satu meter persegi rata-rata dibutuhkan 30-35 sampah plastik.

“Satu tenun plastik dapat diselesaikan selama dua hari. Adapun penghasilan yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok sekitar Rp240.000 dalam satu minggu,” sebutnya.

Area Manager Comm. Rel & CSR Jatimbalinus Ahad Rahedi mengatakan program tenun seperti ini memang sudah familiar ditemukan, namun kegiatan menenun sampah plastik yang sejalan dengan mendukung kebijakan zero waste masih sangat minim ada, sehingga, program ini akan menjadi program yang baru. Selain itu program ini nantinya akan menjadi program pelestarian lingkungan yang mampu memunculkan lapangan kerja baru sebagai bentuk komitmen Pertamina dalam meningkatan kualitas hidup masyarakat menuju komunitas yang mandiri guna mencapai pengembangan yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Awal 2024, Pertamina Turunkan Harga BBM Nonsubsidi

“Program ini juga sebagai wujud dukungan Pertamina untuk dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-8, yakni menyediakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan,” kata Ahad Rahedi.

Sementara itu, Operation Head DPPU BIL I Nyoman Ana mengatakan program kampung tenun wanita di Desa Sukarara hadir sebagai komitmen PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL dalam menjaga dan melestarikan budaya. Perkembangan zaman yang begitu cepat memengaruhi pola hidup dan konsumsi masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi budaya dan lingkungan. Hal tersebut mendorong Pertamina Patra Niaga untuk berupaya mewujudkan sebuah program yang terintegrasi, baik dari segi budaya, lingkungan maupun ekonominya. Program ini didesain dengan mendorong pengembangan Desa Sukarara yang memiliki ciri khas tersendiri.

“Inovasi ini sebagai wujud aksi kami menjaga lingkungan seiring sejalan dengan “menumbuhkan kehidupan ekonomi masyarakat,” imbuh Ana. (luk)

Komentar Anda