MATARAM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB mencatat kinerja perbankan di NTB periode Januari – Oktober 2023 semakin membaik. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan asset lembaga perbankan tumbuh positif hingga 9,59 persen, lebih tinggi dari rata-rata peningkatan asset perbankan secara nasional, yakni naik sebesar 4,99 persen.
“Kinerja lembaga perbankan di NTB periode Januari – Oktober sangat baik, jauh di atas rata-rata nasional, utamanya peningkatan asset, dan penyaluran kredit,” kata Kepala OJK NTB Rico Rinaldy, kemarin.
Rico menyebutkan, pertumbuhan asset perbankan di NTB naik sebesar 9,59% (yoy) atau lebih baik dibandingkan nasional yang naik sebesar 4,99%. Sementara untuk penyaluran kredit (yoy) perbankan di NTB masih di bawah rata-rata nasional sebesar 8,43% dengan nilai kredit hampir Rp64 triliun lebih. Sementara nasional pada angka 9,02% untuk penyaluran kredit.
“Untuk penyaluran kredit NTB masih di bawah rata-rata nasional pertumbuhannya untuk year on year. Tapi untuk year to date (ytd) NTB jauh lebih tinggi, yakni sebesar 13,55%, sementara nasional 7,8% (ytd),” sebut Rico.
Lebih lanjut Rico mengatakan pertumbuhan kinerja perbankan di NTB juga tumbuh positif dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 6,94% dengan nilai Rp45,5 triliun dan 9,3 juta rekening. Pertumbuhan kinerja itu lebih baik dari rata-rata nasional sebesar 3,54%. Selanjutnya untuk rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan di NTB hingga Oktober 2023 menunjukkan tren penurunan 0,62% (yoy) menjadi 1,54%.
“Kondisi penurunan NPL penyaluran kredit perbankan di NTB ini lebih baik dari rata-rata nasional yang mencapai 2,58%,” ungkap Rico.
Rico menjelaskan masyarakat NTB dalam mengakses kredit perbankkan belakangan ini juga berdampak terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) atau modal perbankan di NTB yang dipasok dari kantor pusat di Jakarta atau luar daerah lainnya. Di mana LDR perbankan NTB mengalami lonjakan hingga 140,99%, jauh di atas rata-rata nasional yang mencapai 84,54%. Ini artinya, penyaluran kredit di NTB cukup tinggi, sementara penghimpunan DPK, masih belum bisa memenuhi penyaluran kredit di NTB, sehingga perbankan memasok dana dari kantor pusat.
Dengan demikian, kata Rico, rasio LDR ini menjadi gambaran antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh perbankan. Faktornya ini cukup banyak, bisa saja karena program restrukturisasi dan lain sebagainya.
“Perbankan di NTB sudah on the track hingga data Desember ini kinerja perbankkan lebih baik,” tutup Rico. (luk)