MATARAM – DPW Partai Perindo NTB angkat bicara terkait pernyataan Ketua Umum PB NWDI TGB M. Zainul Majdi perihal dukungan di Pilgub NTB 2024.
TGB awalnya mengatakan mendukung adanya keberlanjutan kepemimpinan dua periode dan menyatakan bahwa ormas NWDI tidak mendukung pasangan calon nomor urut 1 Sitti Rohmi Djalilah-Musyafirin di Pilgub NTB.
Perindo melihat ada pihak-pihak yang berupaya memelintir pernyataan TGB tersebut. “Mengamati narasi politik satu dua hari terakhir, sepertinya ada pihak yang sengaja melakukan fait accompli atas pernyataan TGB dalam podcast, yang disebar di media sosial maupun dikutip media massa lainnya,” kata Sekretaris DPW Partai Perindo NTB, Nashib Ikroman, Senin (4/11).
Dia mengatakan seharusnya semua pihak lebih jeli dalam menafsirkan kalimat dari TGB tersebut. “Seharusnya semua pihak menghormati sikap TGB yang pernah disampaikan langsung di media di awal masa pilkada, bahwa beliau tidak ikut-ikutan dalam urusan Pilgub,” ucap Anggota DPRD NTB tersebut.
Namun dia menuding ada pihak yang ingin memanfaatkan situasi itu dengan berupaya menarik-narik TGB dalam pusaran politik untuk kepentingan pribadi.
“Kami sudah mafhum siapa pihak tersebut. Mungkin pihak tersebut sedang panik secara elektoral,” ungkapnya.
Soal penegasan TGB mengenai sikap NWDI secara organisasi tidak mendukung Rohmi-Firin. Hal ini juga bukan hal baru, sebab sudah disampaikan TGB jauh hari sebelumnya di media massa. Hal ini juga sama. Bahwa Musyafirin selaku Ketua PC Nahdlatul Ulama Sumbawa Barat tidak mendapat dukungan secara organisasi dari NU.
Namun, dalam kasus ini, tokoh dan anggota ormas masing-masing secara personal memberikan dukungannya, bukan secara kelembagaan. “Alasan mendukung karena sesama NWDI atau NU juga adalah hal wajar,” imbuhnya.
Bagi pasangan Rohmi-Firin dan seluruh pejuang yang ada di dalamnya, garis tersebut ditunaikan optimal. Meskipun, Sitti Rohmi sebagai Cagub adalah Ketua Muslimat NWDI.
Namun, tetap ikut garis, tidak menggunakan bendera atau struktur organisasi ketika melakukan kampanye. Sebab, bagi Sitti Rohmi, perjuangan pokoknya adalah meneruskan perjuangan Almagfurullah Maualanayeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. “Perjuangan Agama dan Kebangsaan dalam satu tarikan napas,” imbuhnya.
Soal pilihan politik TGB, ketika menjawab pertanyaan wartawan dalam podcast tersebut, menurut Acip, TGB hanya memberikan pandangan soal adanya urgensi kepemimpinan dua periode. TGB bicara substansi keberlanjutan.
Substansi keberlanjutan adalah kemajuan daerah. TGB tidak bicara aktor yang melanjutkan. Ini wajar saja, berdasar refleksi TGB sendiri, dua periode menjadi Gubernur, sehingga bisa menuntaskan sejumlah agenda dan dalam rangka kesinambungan pembangunan. “Hal itu tentu tidak serta merta bisa diartikan langsung sebagai bentuk dukungan,” tandasnya.
Dan soal dua periode kepemimpinan yang disampaikan TGB tentu saja debatable. Dalam konteks TGB sendiri juga demikian, relevan jika melihat sukses TGB memimpin NTB dua periode.
Namun, tentu paradoks ketika dalam hal, TGB menghentikan langkah petahana Lalu Serinata yang baru satu periode memimpin. Catatan atas paradoks tersebut adalah, TGB bijak dalam hal pentingnya keberlanjutan pembangunan, sejumlah agenda besar masa Lalu Serinata dituntaskan, bahkan menjadi salah satu prioritas, misalnya pemindahan bandara dan RSUP NTB.
Bahkan, dalam kasus RSUP, seluruh Master Plan hingga DED (detail engineering design) dibuat masa Gubernur HL Serinata. Namun, bagaimana pasca Gubernur TGB?
“Sejumlah program pokok TGB ditelantarkan begitu saja, seperti moslem friendly tourism yang sudah mendapat pengakuan dunia dan Islamic Center yang sudah menjadi ikon dan pusat kegiatan membangun peradaban masyarakat,” lugasnya. (yan)