MATARAM — Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB mencatat dalam kurun waktu satu tahun terakhir, jumlah penderita penyakit HIV dan AIDS di NTB mencapai 433 kasus. “Data terakhir, pada tahun 2022 peningkatan kasus HIV di NTB sebanyak 265 kasus, dan AIDS sebanyak 168 kasus,” kata Kepala Dinkes NTB, dr H. Lalu Hamzi Fikri kepada Radar Lombok, Ahad (9/7).
Disampaikan Hamzi, salah satu pemicu meningkatnya kasus HIV-AIDS di NTB pada tahun 2022. Karena Pandemi Covid Tahun 2019- 2021mengakibatkan penanggulangan HIV-AIDS mengalami penurunan. Dan hubungan seks sesama jenis merupakan salah satu penyebab tingginya angka penyebaran HIV-AIDS di NTB.
Hal ini disebabkan adanya perubahan orientasi seks maupun gaya hidup. LSL diperiksa sebanyak 3107 orang dan yang ditemukan positif 159 orang. “Salah satu penyumbang kasus tertinggi adalah LSL (Laki-laki seks dengan laki-laki) dari populasi kunci yang ada,” jelas Hamzi.
Penderita HIV atau AIDS paling banyak ada pada rentang usia produktif. Terutama pada usia 20 tahun hingga 40 tahun. Di NTB, penderita HIV didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebanyak 77 persen atau sekitar 204 orang. Sedangkan pengidap AIDS, hampir 71 persen atau sekitar 119 orang adalah laki-laki dan sisanya merupakan perempuan.
Hamzi menjelaskan hubungan seksual sangat berisiko menularkan virus HIV. Biasanya penularan HIV ini terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita. Seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. “Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik,” bebernya.
Salah satu faktor risiko seseorang terjangkit HIV dan AIDS, sambunh Hamzi, karena sering bergonti ganti pasangan. Kemudian berhubungan seksual melalui dubur atau anus tanpa menggunakan pengaman. Serta penggunakan jarum suntik secara bersamaan.
“Penularan HIV AIDS dari ibu hamil penderita HIVAIDS kejanin melalui plasenta. Mendapatkan suntikan, transfusi darah atau prosedur medis lainnya yang tidak steril atau tidak dilakukan dengan profesional itu juga termasuk faktor resiko penularan HIV AIDS,” papar Hamzi.
Oleh karena itu Hamzi menghimbau kepada masyarakat untuk menjauhi hal-hal yang menjadi faktor resiko terjangkitnya penyakit HIV AIDS. Sedangkan untuk para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) pemerintah akan tetap melakukan pendampingan.
“Pemerintah terus melakukan tracing terhadap penyebaran penyakit HIV dan AIDS ini. Meningkatnya jumlah layanan Puskesmas dan Rumah Sakit yang mampu melakukan pemeriksaan HIV-AIDS) serta adanya Progam TIPK (Tes Inisiatif Petugas Kesehatan) yang terus meningkat. Membuat deteksi dini HIV AIDS pada faskes primer maupun sekunder terlaksana dengan baik,” terangnya.
Selanjutnya pemerintah tetap melakukan pengawasan dan penanganan melalui analisa dan validasi data berjenjang untuk menetapkan langkah strategis. Kepada para petugas terlatih didorong untuk langsung melapor jika ditemukan ada kasus HIV AIDS.
Kesiapan pemerintah NTB dalam melayani pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS pada FKTP dan rujukan dimaksimalkan. Penguatan koordinasi dan kolaborasi dalam Layanan Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB). Memberikan layanan HIV, AIDS dan PIMS, perluasan layanan PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan),KT, dan IMS,serta penguatan SDM mengenai tatalaksana dan program HIV/AIDS dan PIMS.
“Dengan menyediakan pelayanan pemeriksaan viral load rujukan oleh Rumah Sakit Pemerintah dari faskes yang ada di Pulau Lombok dan Sumbawa. Rumah Sakit Swasta juga sudah dilatih untuk pengobatan dalam mengembang penemuan kasusHIV/AIDS di Provinsi NTB,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Dra Nunung Triningsih saat dikonfirmasi mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan terkait berapa jumlah penderita HIV-AIDS pada anak-anak maupun remaja.
“Untuk data berapa jumlah anak atau remaja yang penderita AIDS itu belum ada pengaduan. Jadi yang masih banyak kami tangani perkawinan anak dan kekerasan pada anak,” katanya.
Kendati demikian, persoalan ini menjadi atensi DP3AP2KB. Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan lembaga Kesra serta semua stakeholder yang terkait. Sebagai upaya pencegahan dan penanganan terhadap kasus HIV-AIDS pada anak dan remaja.
“Langkah awal kita adalah berkoordinasi dulu dengan lembaga yang menangani. Dipencegahan ada sosialisasi semua kita masukkan materi yang terkait dengan anak termasuk mengenai kesehatan reproduksi, seks bebas,” ucapnya. (rat)