Perayaan Perang Topat Digelar Lebih Awal

Perang Topat
RAPAT PERSIAPAN: Panitia ritual Perang Topat dan Dispar Lobar ketika menggelar rapat persiapan pelaksanaan Perang Topat di Taman dan Pura Lingsar, yang akan digelar 22 November nanti. (FAHMY/RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG—Perayaan ritual Perang Topat yang akan digelar di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), tahun 2018 ini akan digelar lebih awal dari pelaksanaan Perang Topat tahun-tahun sebelumnya.

Untuk itu, pihak Dinas Pariwisata Lobar sendiri telah melakukan pemantapan persiapan pelaksanaan Perang Topat 2018, yang tahun ini bertemakan “Rara’ Kembang Waru” Ritual Religi dan Budaya. Rapat persiapan dilakukan di Kantor Dinas Pariwisata Lobar, Selasa (13/11) kemarin.

Kepala Dinas Pariwisata Lobar, H Ispan Junaidi membenarkan bahwa pelaksanaan Perang Topat tahun ini digelar lebih awal dari biasanya. Puncak Perang Topat akan digelar pada 22 November 2018 mendatang. “Ritual perang topat tahun ini kita gelar lebih awal,” tegasnya.

Dalam rapat, sempat ada permintaan dari para pelaku pariwisata seperti dari travel dan guide (pramuwisata), agar Pemda Lobar bisa menentukan kepastian tanggal dan bulan apa pelaksanan Perang Topat tersebut. Sehingga pihak pelaku pariwisata bisa menjual event tersebut kepada para wisatawan.

Atas permintaan ini, Ispan sendiri mengaku tidak bisa memberikan kepastian waktu kapan pelaksanaan Perang Topat setiap tahunnya. Karena penghitungan pelaksanaan Perang Topat menggunakan hitungan penanggalan Sasak dan Hindu. “Penghitungan tanggalan tidak bisa kita tetapkan, karena sistem penghitungannya berbeda,” ujar Ispan.

Baca Juga :  Dari Ritual Budaya Perang Topat di Komplek Pura Lingsar

Namun pihaknya menyarankan kepada para pengusaha untuk menjual kepada para tamunya, bahwa pelaksanaan ritual Perang Topat selalu digelar pada akhir tahun pada bulan Desember. “Pokoknya ritual Perang Topat ini selalu digelar akhir tahun,” jelasnya.

Dalam rapat persiapan, sejumlah permasalahan juga dibahas, diantaranya saat ini kawasan Pura Lingsar yang belum steril dari keberadaan tenda-tenda para pengungsi korban gempa di Desa Lingsar. Seperti yang disampaikan Kades Lingsar, H.M Abdul Hadi, kalau saat ini permasalahan yang ada yaitu masih adanya sejumlah pengungsi yang tinggal dikawasan Pura Lingsar. Karena para korban tersebut belum memiliki Huntara.” Masih ada warga yang mengungsi di kawasan Pura,” sebutnya.

Lanjut Kades, saat ini masih ada sekitar 50 tenda pengungsian. Tentu saja keberadaan mereka ini harus direlokasi kerumahnya masing-masing. Dan sekarang pihaknya sedang melakukan komunikasi dengan semua warga yang masih mengungsi.

Baca Juga :  Perang Topat di Lobar akan Dihadiri Jokowi

Sedangkan untuk pengungsi yang berada di luar kawasan Pura, pihak desa mengaku angkat tangan (menyerah), karena memang belum ada solusi. Jumlah korban gempa di Desa Lingsar sendiri ada sebanyak 133 unit rumah rusak berat. Kalau secara keseluruhan ada sekitar 1.004 rumah yang rusak, baik itu berat, ringan dan sedang. “Masalah ini harus segera dicarikan solusi, agar pelaksanaan ritual Perang Topat berjalan lancar,” harapnya.

Untuk diketahui, ada beberapa jenis kegiatan hiburan yang akan dilaksanakan sebagai rangkaian ritual Perang Topat nanti, seperti Peresean, Penginang Robek, Cupak Gurantang, pertunjukan dari band terkenal Lombok, yakni Amtenar, serta Risa 2. Bahkan selain kesenian khas Suku Sasak, ada juga pentas kesenian yang akan dipertunjukkan oleh umat Hindu di Lingsar.

Karena sesuai brandnya, Perang Topat ini memang akan dilakukan oleh dua suku agama, yakni Islam dan Hindu. Yang nantinya akan perang saling lempat topat (ketupat), sebagai lambang kesuburan tanah dan berharap turunnya hujan. (ami)

Komentar Anda