Pilkada Gubernur NTB 2024 menjadi ajang persaingan sengit dengan menghadirkan tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur yaitu Sitti Rohmi Djalilah – HW Musyafirin (Rohmi-Firin), Lalu Muhammad Iqbal – Indah Damayanti Putri (Iqbal-Dinda), dan Zulkieflimansyah – Suhaili FT (Zul-Uhel). Di NTB, media sosial berperan penting dalam pilkada dan kampanye karena menjangkau pemilih muda yang dominan. Kandidat menggunakan medsos untuk menyampaikan visi-misi, berinteraksi dengan masyarakat, dan membangun citra dengan biaya rendah.
Medsos juga memungkinkan kampanye yang terarah, misalnya menargetkan isu lokal seperti pariwisata, pendidikan, atau pemberdayaan ekonomi. Namun, tantangan seperti penyebaran hoaks dan polarisasi tetap mengancam. Penting bagi kandidat di NTB untuk memanfaatkan medsos secara bijak demi memperkuat persatuan dan demokrasi lokal.
Strategi kampanye pada Pilkada NTB 2024 menjadi sangat inovatif dengan pemanfaatan media sosial muda oleh masing-masing paslon. Hal ini mencerminkan perubahan signifikan dalam pendekatan kampanye yang kini mengarah pada digitalisasi dan personalisasi pesan politik. Influencer muda memainkan peran vital sebagai duta digital, menjembatani komunikasi antara paslon dan generasi milenial maupun Gen Z, yang mendominasi demografi pemilih di provinsi ini. Berdasarkan data yang dikutip dari KPU NTB, dari total 3,9 juta daftar pemilih tetap (DPT), lebih dari 60% berasal dari kelompok usia di bawah 40 tahun, menjadikan media sosial sebagai medan utama kampanye.
Di NTB, pasangan calon (paslon) memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan visimisi melalui video, infografis, atau tulisan sederhana yang mudah diterima publik, sekaligus membangun citra diri dengan membagikan aktivitas harian, aksi sosial, dan kunjungan ke masyarakat. Medsos juga digunakan untuk berinteraksi langsung dengan pemilih melalui live streaming, polling, atau respons terhadap komentar, yang bertujuan memperkuat kedekatan dan kepercayaan. Selain itu, paslon memobilisasi dukungan dengan ajakan berbagi unggahan, penggunaan tagar kampanye, atau konten kreatif seperti TikTok, sekaligus menanggapi isu atau serangan politik dengan klarifikasi cepat untuk menjaga reputasi.
Strategi ini efektif di NTB karena masyarakat, terutama generasi muda, semakin aktif menggunakan media sosial.Pemanfaatan media sosial bukanlah hal baru, tetapi di Pilkada NTB 2024, pendekatan ini diolah lebih strategis. Paslon tidak hanya memiliki akun media sosial dengan jumlah pengikut besar, tetapi juga memastikan mereka memiliki koneksi emosional dengan Pengikutnya, salah satunya dengan cara menggandeng Influencer.
Sebagai contoh, pasangan Rohmi-Firin menggandeng Influencer lokal yang fokus pada isu pendidikan dan kesehatan, dua sektor yang menjadi prioritas program mereka. Influencer ini menggunakan konten kreatif seperti vlog, cerita pendek, dan video informatif untuk menyampaikan pesan kampanye dengan cara yang relatable dan menarik.
Di sisi lain, pasangan Iqbal-Dinda, yang menonjolkan isu pemberdayaan ekonomi dan seni budaya, menggandeng Influencer dari kalangan kreatif. Konten mereka sering kali berupa kolaborasi seni, bisnis, dan pariwisata lokal yang selaras dengan visi pasangan ini. Bahkan mereka turut mengundang Band Nasional seperti Slank untuk kampanye mereka, serta band lokal Amtenar untuk turut meramaikan gaung Kampanye Akbar mereka. Sementara itu, pasangan Zul-Uhel menggunakan pendekatan berbeda dengan menekankan keberlanjutan pembangunan dan promosi wisata halal. Influencer yang bekerja dengan tim kampanye mereka menciptakan narasi tentang NTB sebagai destinasi unggulan yang kaya budaya dan religius.
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, lebih dari 60% pemilih muda merasa lebih tertarik pada politik setelah terpapar kampanye kreatif di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa strategi digital tidak hanya membantu meningkatkan elektabilitas, tetapi juga membangun kesadaran politik yang lebih baik di kalangan pemilih muda.
Keberadaan influencer muda dalam kampanye politik membawa sejumlah manfaat strategis. Pertama, mereka mampu mengemas pesan kampanye secara menarik dan mudah dipahami, bahkan untuk isu-isu kompleks seperti tata kelola pemerintahan atau pembangunan berkelanjutan.
Kedua, influencer memiliki kemampuan untuk menciptakan hubungan emosional dengan audiens mereka, yang sulit dicapai melalui pendekatan kampanye konvensional. Ketiga, pendekatan digital yang mereka gunakan memungkinkan paslon menjangkau pemilih di daerah terpencil yang memiliki akses internet tetapi jarang terpapar kampanye tatap muka.
Namun, strategi ini juga memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Berdasarkan data yang dikutip dari laporan pengawasan media sosial Bawaslu NTB, peningkatan penggunaan media sosial selama masa kampanye juga berbanding lurus dengan peningkatan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Ada kasus di mana media sosial diduga menyampaikan informasi yang bias atau bahkan salah demi mendukung paslon tertentu, yang berpotensi menciptakan polarisasi di masyarakat.
Selain itu, ketergantungan pada strategi digital dapat menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan pendekatan langsung. Masih banyak pemilih, terutama generasi yang lebih tua, yang bergantung pada media tradisional seperti televisi dan radio untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, meskipun media sosial memiliki peran penting, mereka tidak dapat menggantikan pentingnya tatap muka dengan masyarakat.Pilkada NTB 2024 adalah ujian besar bagi demokrasi Indonesia di tingkat daerah.
Keberhasilan pelaksanaannya tidak hanya akan menentukan masa depan provinsi ini, tetapi juga menjadi acuan bagi daerah lain dalam mengelola pemilu di era digital. Para pegiat media sosial yang terlibat diharapkan dapat menjadi agen perubahan, mempromosikan nilai-nilai inklusivitas dan partisipasi, serta membantu menciptakan ruang publik yang sehat untuk diskusi politik.
Sebagai penutup, media sosial tentu memegang peran penting dalam Pilkada NTB 2024. Dengan memanfaatkan kreativitas dan koneksi personal yang dibangun lewat media sosial, pasangan calon dapat lebih efektif menjangkau pemilih muda yang jumlahnya signifikan. Namun, keberhasilan strategi ini tetap memerlukan dukungan pendekatan langsung, penyampaian program yang konkret, dan pengawasan ketat dari lembaga terkait untuk menjaga integritas proses demokrasi. Pilkada NTB 2024 bukan hanya kompetisi politik, tetapi juga ujian bagaimana teknologi dan kreativitas dapat membangun masa depan demokrasi yang lebih inklusif dan representatif.