Peran Cabor Dibius, Pelatda Terkesan Rakus

PELATDA
PELATDA: Inilah kegiatan latihan Pelatda yang bergulir pada tahun 2018 lalu. (NASRI/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Keberadaan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) yang diinisiasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTB dinilai ambigu. KONI diminta tidak mengambil alih peran cabang olahraga (cabor), cukup mengawasi segala bentuk pembinaan saja.

“Pelatda itu tidak salah, pelaksanaannya boleh kok. Tapi harus cabor yang lebih berperan. KONI cukup mengawasi segala bentuk pembinaan yang ada. Karena bagaimanapun juga secara organisasi cabor yang tetap bertanggung jawab,” beber pengamat olahraga NTB, Arsyad Ghani, Selasa (15/1).

Sosok mantan Ketua PASI NTB ini menilai, cabor yang tergabung dalam Pelatda harus dihargai oleh KONI selaku pihak perencana, koordintaor dan pelaksana. Bukan justeru mengambil alih peran yang mestinya dilakukan oleh sejumlah cabor.

BACA JUGA: Dispora NTB Kian Intens Bangun Komunikasi dengan Cabor

Katanya, posisi KONI mestinya tetap mengawasi perkembangan pembinaan yang berlangsung pada Pelatda. Terlebih pada posisi menjelang Pra PON, ia berharap cabor yang melaksanakan segala programnya melalui Pelatda yang diadakan KONI NTB.

Baca Juga :  Wushu Tidak Dilibatkan dalam Pelatda NTB

KONI dalam hal ini disebutnya cukup sebagai perantara, bukan menangani semua kegiatan yang ada di Pelatda. Termasuk masalah urusan anggaran, cabor harus lebih pro aktif bagaimana menggunakannya.

Di Pelatda NTB, lanjutnya, kerap menimbulkan ketidaksesuaian antara peran cabor dengan KONI. “Akan jauh lebih bagus cabor itu melaksanakan Pelatda di tempatnya masing-masing. Daripada Pelatda yang sifatnya sentralistik,” lanjutnya.

Pelaksanaan Pelatda semacam ini belakangan yang dilihatnya kerap terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Padahal di sisi lain, anggaran Pelatda dianggap terkesan tertutup. Padahal yang punya hak terhadap anggaran itu adalah cabor yang tergabung dalam Pelatda.

Sementara itu, Praktisi Olahraga Intan Primayanti mengungkapkan, sangat sulit sebuah organisasi atau cabor berkembang jika waktu laganya sudah sangat mepet. Seperti halnya pelaksanaan Pelatda untuk persiapan Pra PON dan PON ini.

Baca Juga :  Atlet Pelatda NTB Dianggap Kurang Disiplin

BACA JUGA: Layanan Pelatda 2019 Bakal Lebih Ditingkatkan

Baginya, kondisi yang dialami KONI dengan cabor ini cukup kompleks dan rumit. Lantaran jenis program yang akan dilakukan selama Pelatda terkesan tidak begitu efektif. Apalagi belakangan ini, pelaksanaan Pelatda terus mengalami perubahan jadwal.

Intan yang juga dosen IKIP di FPOK menyebut, Pelatda akan sulit menuai hasil maksimal. Ia menganggap lebih baik cabor yang diproyeksi meraih medali diberikan keleluasaan untuk melatih atletnya masing-masing.

“Jika kita mengacu pada jeda waktu laga, terkesan sulit untuk membuahkan prestasi. Makanya harus dilakukan dengan cara memperjelas program jangka pendek, menengah dan jangka panjang, ” tutupnya. (rie)

Komentar Anda