Perajin Tikar Tradisional Pandan Minim Perhatian Pemda

Perajin Tikar Tradisional Pandan Minim Perhatian Pemda
Salah seorang pekerja merakit tikar berbahan baku dasar daun pandan yang tetap eksis, meski mulai tergerus persaingan kehadiran tikar plastik pabrikan. (Hisnaini/Radar Lombok)

MATARAM — Nasib perajin tikar daun pandan semakin merosot. Tikar tradisional yang selama ini dipakai secara turun temurun oleh masyarakat tradisional berbahan dasar daun pandan itu kini semakin tergerus persaingan dengan tikar pabrikan berbahan baku plastik. Bahkan nasib perajin tikar daun pandan kian terkikis, terlebih pemerintah daerah tutup mata dengan keberadaan mereka.

BACA JUGA: Kisah 3 Pedagang Bakulan Pasar Sayang-Sayang Naik Haji

Pandan yang biasanya hanya digunakan sebagai bahan tambahan untuk makan, namun ditangan salah satu warga Jonggat Lombok Tengah dapat diubah menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis.

Senah, adalah salah seorang pengrajin tikar pandan, yang berasal dari Dusun Batu Tinggang Jonggat, Senah dalam memproduksi tikar pandan melibatkan dua orang pekerja. Usaha pengrajin sudah digeluti selama puluhan tahun, sekitar tahun 70 an. Karena usaha tersebut dilakoninya turun temurun dari keluarga yang sampai saat ini masih dijalani.

Untuk harga-harga dari tikar pandan yang dijual berbeda-beda sesuai dengan ukurannya. Kalau untuk ukuran 90x130cm harganya mencapai Rp5.000 ribu/lembar, tetapi ukuran dari pandannya besar, banyaknya pembeli dari kalangan ummat Hindu.

Dijelaskannya bahwa yang banyak disuka dari peminatnya itu yang ukuran pandan Kecil, dimana proses pembuatannya lumayan cukup lama sekitar dua bulan proses pembuatan sampai jadi. Tetapi jika banyak pesanan bisa sampi setiap minggu berjualan. Adapun penghasilan sehari bisa membuat 2-3 tikar tiap hari, usahanya juga tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.

Komentar Anda
1
2