Perajin Batik Sasambo Nihil Perhatian Pemerintah Daerah

Batik Sasambo
BATIK SASAMBO : Perajin batik saat menggambar motif batik yang dilakukan salah satu perajin tenun di SMKN 5 Mataram, Rabu (2/10). DEVI HANDAYANI /RADAR LOMBOK

MATARAM – Pemerintah telah menetapkan setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari Batik Internasional. Kain batik sudah menjadi identitas Indonesia di kancah internasional. Produksi batik tidak hanya di Pulau Jawa, tapi di NTB juga memiliki batik khas lokal, yang mulai digaungkan pada 2009 silam. Selama dua periode di masa kepemimpinan TGB Dr H M Zainul Majdi menjadi Gubernur NTB, 2009 -2018, industri kerajnan batik lokal NTB yang dikenal dengan sebutan Sasambo (sasak, samawa, mbojo) eksis.

Namun kini, kerajinan batik Sasambo NTB kian pudar, seiring minimnya perhatian pemerintah daerah. Bahkan, oleh SKPD teknis terkait di Pemprov NTB maupun kabupaten/kota, perhatian terhadap perajin batik Sasambo, hampir nihil. Peran pemda juga untuk membangkit perajin batik Sasambo, setengah hati. Padahal, perajin batik Sasambo ini menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit dan mampu menggerakan perekonomian.

Kendati pemerintah daerah setengah hati kepada perajin batik Sasambo, secara mandiri meski tertatih-tatih, tetap menunjukan eksistensinya. Seperti yang dialami perajin batik Sasambo di SMKN 5 Mataram yang menjadi salah satu sentra produksi kerajinan batik Sasambo di NTB.

“Alhamdulillah, peminat batik Sasambo tetap ada. Terjadi peningkatan diangka 15 hingga 20 persen dari tahun lalu. Bahkan juga banyak juga wisatawan Jerman dan Belanda datang membeli batik Sasambo,” kata Wakil Kepala SMKN 5 Mataram, Ahyar Suharno, Rabu (2/10)

Baca Juga :  Batik Sasambo Kini Dapat Angin Segar untuk Bangkit

Menurutnya, peminat dari batik sasambo banyak dari kalangan pemerintahan dan beberapa instansi, perusahaan swasta serta masyarakat umum. Meskipun pemerintah daerah mulai melupakan batik Sasambo menjad produk unggulan NTB, namun para perajin batik tetap konsisten membatik.  Bahkan perajin membatik ada dibeberapa kabupaten/kota di NTB. Hal tersebut menunjukkan eksistensi batik NTB masih ada.

Meskipun ada peningkatan peminat akan batik Sasambo  dan sudah ada beberapa industri batik di NTB, Ahyar menyesalkan perhatian pemerintah daerah sudah tidak ada lagi. Meskipun sebelumnya batik Sasambo pernah dijadikan sebagai pakaian wajib, namun sekarang sudah tak pernah terdengar kembali.

“Dukungan dari pemerintah daerah cukup dengan himbauan dan surat edaran saja. Walaupun tidak ada bantuan tidak apa-apa, untuk mendorong batik Sasambo. Tapi itupun tidak ada sama sekali,” ujarnya.

Ahyar mengakui, batik Sasambo dengan batik Jawa secara tampilan sama saja.  Namun keberadaan batik Sasmbo tentu saja, memiliki ciri khas dan identitas lokal kedaerahan, sesuai dengan kearifsan lokal yang ada di tiga suku besar di NTB, yakni Sasak di Lombok, Samawa di Sumbawa dan Mobjo di Bima dan Dompu. Karena nama Sasambo diambil dari tiga suku besar di NTB, yang di akronimkan dangan Sasambo (Sasak, Samawa dan Mbojo).

Baca Juga :  Minim Perhatian Pemda, Nasib Batik Sasambo Mulai Tenggelam

Batik Sasambo khas NTB memiliki berbagai motif yang menggambarkan ke khasan Lombok, yaitu, gendang beleq, burung koakaok, kangkung dan sate usus dan lainnya. Motif yang dibuat pun cukup banyak, karena begitu banyaknya belum ada hak paten dari motif-motif tersebut. Batik Sasambo itu motifnya sampai 300. Selama ini belum ada yang diajukan mendapatkan hak patenkan.

“Dua bulan lalu, kami sudah diundang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat hak paten atau hak cipta produk batik Sasambo SMK,” terangnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj Putu Selly Andayani mengatakan saat ini yang menjadi produk unggulan NTB adalah tenun. Maka dari itu, tenun tengah didorong eksistensinya daripada batik. Dimana batik merupakan produk unggulan dari Jawa dan membatik sendiri tidak banyak dilakukan masyarakat NTB.

“Karena membuat batik itu identik dengan pulau Jawa, masyarkat kita lebih senang disuruh menenun dari pada membatik,” ujarnya. (dev)

Komentar Anda