Penyidik Rekonstruksi Ulang Kasus Teror Ketua Walhi NTB

Kasus Teror Ketua Walhi NTB
REKONSTRUKSI: Penyidik Polres Lombok Tengah saat melakukan rekonstruksi ulang di kediaman Ketua Walhi NTB, Murdani, Senin kemarin (2/12).( M. HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

PRAYA—Masih ingatkah dengan kasus teror yang menimpa Ketua aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi NTB, Murdani, 40 tahun, warga Dusun Gundul, Desa Menemeng, Kecamatan Pringgarata, yang rumah dan dua unit mobil miliknya dibakar.

Ternyata kejadian yang terjadi Senin dini hari lalu (28/1), sekitar pukul 03.00 Wita, sampai sekarang pelaku pembakaran belum bisa terungkap oleh Kepolisian Polres Lombok Tengah. Bahkan penyidik sampai sekarang merasa kesulitan untuk membongkar dalang dari teror, yang kuat dugaan kasus tersebut disebabkan karena penutupan penambangan pasir ilegal yang ada di desa tersebut.

Karena memang selama ini, WALHI selalu getol melakukan pengawalan terhadap pertambangan yang dilakukan secara ilegal tersebut. Sehingga kuat dugaan kalau pembakaran rumah dan mobilnya itu adalah imbas penutupan tambang tersebut. Mengingat keberadaan tambang itu disinyalir mendapat bekingan dari preman.

Untuk membongkar kasus tersebut, penyidik kembali turun ke kediaman Ketua Walhi NTB itu. Dimana mereka turun untuk melakukan rekonstruksi ulang, untuk mengetahui secara detail bagaimana kronologis dan motif para pelaku saat melancarkan aksinya. “Kita turun melakukan rekonstruksi ulang, hanya untuk memastikan lagi cara kerja pelaku,” ungkap Kasatreskrim Polres Lombok Tengah, AKP Rafles P Girsang, Senin kemarin (2/11).

Tim dari Polres Lombok Tengah datang sekitar pukul 10.00 Wita. Dari pantauan Radar Lombok, rekonstruksi dilakukan selama satu jam, dengan melakukan sekitar 15 peragaan. Mulai saat korban bersama isteri dan anak sedang tidur di lantai dua rumahnya, kemudian mendengar ada suara masuk. Hingga mereka menyelamatkan diri dari atas rumahnya.

Korban pun memeragakan ulang kejadian itu secara detail, hingga warga berdatangan membantu memadamkan api. “Sampai saat ini memang masih belum dapat bukti yang kuat untuk mengarah ke pelaku,” ujar Rafles.

Sementara itu, korban, Murdani mengaku bahwa kejadian yang menimpanya ini sudah lama. Sehingga pihaknya sangat berharap dengan turunnya kembali penyidik ke kediamannya, maka bisa membuat para pelaku mudah ditangkap. Karena pihaknya khawatir jika kasus ini tidak terungkap, maka ditakutkan akan terjadi lagi kasus yang sama, dan menimpa warga lain.

“Kita tetap berharap agar kasus ini bisa terungkap. Karena jika tidak, maka ini juga akan menjadi teror dan berpotensi menimpa warga lain. Kita meminta agar kepolisian bekerja keras dalam membongkar kasus ini,” harap Murdani, saat ditemui Radar Lombok disela rekonstruksi.

Ketakutan yang dialami bukan tanpa sebab. Pasalnya sampai saat ini pihaknya juga masih menerima teror berupa pelemparan rumah. Sehingga ia merasa jika keselamatannya juga terancam. “Dalam dua  minggu ini sudah tiga kali lagi teror yang menimpa saya, dengan melakukan pelemparan. Makanya kita berharap agar segera ada tersangka dan mengadili pelaku. Kita meyakini bahwa polisi bisa mengungkap kasus ini,” yakinnya.

Ia mengulas lagi kejadian yang dialaminya saat itu, dimana saat kejadian, dirinya bersama dua orang anak dan isterinya sedang tidur di lantai dua rumahnya. Namun tiba-tiba api sudah mengepul dilantai satu miliknya, sehingga korban dan keluarga langsung menyelamatkan diri.

“Kepulan asap dan api berasal dari bawah tempat gudang, dan mobil di parkir yang berada disamping. Setelah saya melihat itu, kemudian kami semua menyelamatkan diri melalui pintu depan. Sementara isteri menyelamatkan diri dengan cara melompat dari kamar depan lantai dua lewat seng,” ungkapnya.

Murdani menjelaskan sambil memeragakan didepan penyidik. Melihat api yang semakin membesar, sehingga dirinya meminta pertolongan kepada warga sekitar, dan beberapa saat kemudian api dapat dipadamkan dengan bantuan masyarakat. Hanya saja, akibat kebakaran tersebut, terdapat berbagai kerusakan seperti rumah yang mengalami kebakaran yakni pintu bagian belakang tempat dapur yang dilengkapi dengan meja.

Selain itu, dua unit mobil miliknya juga terbakar, yakni satu unit mobil truk dam merk dutro, dan satu unit mobil toyota merk Avanza. “Kedua mobil saya ini dibakar dan mengalami kerusakan pada bagian depan. Sehingga kerugian mencapai sekitar Rp 300 juta untuk semua,” tambahnya.

Dijelaskan juga, selama ini memang pihaknya sering mendapatkan teror akibat banyaknya penambangan ilegal yang ditangani. Teror tersebut bukan hanya dari pengancaman lewat telepon, akan tetapi sebelumnya juga rumah miliknya pernah dilempari.

“Yang jelas pelaku ini bukan satu orang, dan masuk bukan mau mencuri, tetapi mau menghabisi nyawa saya. Karena kita temukan juga bensin sisa pembakaran itu. Bahkan pintu rumah disamping semua dibakar. Sehingga bisa saja hal itu dilakukan agar kami tidak bisa keluar,” tambahnya.

Disampaikan, pelaku diperkirakan masuk ke halaman rumah korban dengan cara memanjat pagar atau tembok belakang. Bahkan CCTV yang ada di pintu belakang ditutupi dengan menggunakan topi, meskipun memang selama ini CCTV itu semenjak gempa beberapa bulan lalu sudah tidak berfungsi.

“Malam jam dua itu saya masih bangun. Tidak lama setelah itu baru ada kejadian ini. Dan ini jelas ada upaya menghabisi saya, karena memang ditemukan botol air mineral pada bagian pintu belakang yang didalamnya berisi bensin, dan balon lampu yang ada dibagian halaman dicabut,” ujarnya.

Namun pihaknya tidak mau berspekulasi terlalu jauh terkait permasalahan tersebut, dan menyerahkan penangananya ke aparat kepolisian. Hanya saja, pihaknya berharap agar petugas bisa segera mengungkap kasus tersebut. “Kalau motif pelaku memang tidak berani saya pastikan. Namun yang jelas memang penambangan pasir yang ada di desa kami sekarang ditutup. Bisa saja itu yang menjadi penyebabnya. Apalagi yang membeking itu adalah preman,” tambahnya. (met)

Komentar Anda