Pentingnya Pengelolaan Sampah di Destinasi Wisata: Magot Jadi Pakan Ikan

Pemberian magot untuk pakan ikan. (IST/RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG–Persoalan sampah menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengelola sampah yang baik, maka perlu menyiapkan SDM yang andal dalam mengelolanya, agar eksistensi dan kenyamanan destinasi tetap terjaga.

Keberadaan sampah di sebuah destinasi wisata tentunya sangat mengganggu para pengunjung yang ingin menikmati keindahan sebuah destinasi. Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar) kemudian memberikan pelatihan kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah di destinasi wisata kepada para pengelola destinasi wisata di Lobar.

Dalam pelatihan ini peserta diberikan materi seperti manajemen pengelolaan sampah, teknik pemilahan sampah, teori daur ulang sampah hingga ke praktik memilah dan mengolah sampah organik maupun non-organik.

Kegiatan yang digelar selama tiga hari sejak Jumat (10/9) lalu ini diharapkan mampu menciptakan kebersihan dan kenyamanan pengunjung di destinasi wisata. Kegiatan pelatihan sendiri dilaksanakan di Hotel Montana Premier Senggigi dan diikuti 45 orang pengelola destinasi wisata. “Persoalan sampah itu tidak harus melulu urusan pemerintah, tetapi semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat dan juga komunitas,” kata Bupati Lobar H. Fauzan Khalid saat membuka kegiatan, Jumat (10/9/2021).

Dalam kesempatan itu Bupati berpesan agar para peserta mampu menjadi contoh, penggerak dan taladan bagi semua orang, terutama di desa maupun di destinasi masing-masing.

Di hari pertama, peserta mendapatkan materi manajemen pengelolaan sampah oleh Ibu Sri Susanty dari THINQ Konsultan Indonesia. “Materi yang kami sajikan pengelolaan sampah organik dan ada juga bank sampah yang mengajarkan bagaimana sampah plastik ini menjadi bermanfaat dan didaur ulang dan menerapkan 3R,” jelasnya.

Baca Juga :  "Lombok Barat Menari", Upaya Eksis di Tengah Pandemi

Di hari kedua, materi dilanjutkan oleh owner Bank Sampah Mandiri, Ibu Sukmala Indra Polesti. Tidak hanya teori, Indra Polesti juga memberikan materi praktik pengolahan sampah organik dan non-organik yang bisa menghasilkan nilai ekonomis dari sampah.

Di destinasi wisata NTB khususnya di Lobar, menurutnya banyak sampah yang bisa dikelola sehingga memiliki nilai ekonomis dan juga bisa menunjang ekonomi kreatif yang menjadi bagian dari bidang pariwisata yang ada di Lobar. Contoh sederhana pengolahan sampah plastik yakni membuati ecobrick yaitu sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol kemudian botol-botol itu dirakit menjadi kursi, meja, bahkan menjadi tas, topi hingga kerajinan tangan lainnya.

Ia berharap, dengan pelatihan ini para peserta dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. “Terutama dipraktikkan di destinasi wisata mereka masing-masing, dan jangan sampai berakhir hanya sampai di sini saja. Artinya mungkin nanti akan ada pendampingan lagi baik itu dari Dinas Pariwisata atau bisa juga mengajak kami bekerja sama untuk meninjau sejauh mana para peserta pelatihan ini sudah mengaplikasikan ilmu yang sudah diberikan tersebut,” kata Ibu Sukmala Indra.

Di hari terakhir kegiatan, peserta kemudian dibawa menuju Dusun Pondok Buaq yang berada Desa Wisata Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar untuk mendapatkan materi parktik pemilihan sampah yang benar. Desa ini dipilih sebagai tempat praktik karena dinilai menjadi salah satu desa yang memiliki manajemen pengelolaan sampah yang tergolong baik dan mampu menjadikan sampah bernilai ekonomis.

Misalnya, sampah organik diolah menjadi pupuk cair hingga pakan ikan berupa magot (ulat sampah), sedangkan sampah non-organik disalurkan ke bank-bank sampah dan dijual kepada pengepul sampah, sehingga volume sampah yang tidak terpakai tetap dibuang ke TPS dengan jumlah sedikit.

Baca Juga :  1.200 Pelaku Wisata Lombok Barat Sudah Divaksin, Bupati: Kita Siap Sambut Wisatawan

Di sisi lain, Kepala Dispar Lobar Saepul Akhkam berharap melalui pelatihan ini para peserta mampu mengedukasi masyarakat terutama yang berada di kawasan destinasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan. “Saya ingin mendorong sekarang, bagaimana proses membuat sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis itu tidak menjadi sesuatu yang mengawali pekerjaan kita. Tapi semestinya yang menjadi awal dari keseluruhannya adalah bahwa kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan kita, kepedulian terhadap keselamatan bumi kita,” lanjutnya.

Disadarinya bahwa persoalan sampah itu persoalan global yang harus dimulai dari diri sendiri tanpa harus menunggu orang lain bertindak. Diketahui, dari data BPS Lobar tahun 2020, estimasi timbunan sampah per jiwa di Lobar menyentuh hingga angka 0,4 kg per hari dan 103.894,56 kg dalam setahunnya. “Dan ternyata kita hanya mampu mengelola tidak lebih hanya antara 12-50 persen. Sisanya yang kita buang ke TPA itu tidak lebih dari hanya di bawah 30 persen, berarti antara 50-60 persen adalah sampah yang berceceran di mana-mana yang tidak jelas siapa yang bertanggung jawab,” ungkap Akhkam.

Untuk itu ia berharap para peserta yang berkesempatan hadir nantinya mampu menjadi garda terdepan, pendorong hingga menjadi pioner bahkan pegiat untuk pengelolaan sampah nantinya. “Kita ingin menjadi orang yang tidak hanya mengarahkan dalam bentuk bicara, tapi juga mengarahkan dalam bentuk contoh,” tegasnya. (RL)

Komentar Anda