Penjualan Rumah Subsidi Lesu, PHK Mengancam

Ketua REI NTB Hery Athmajaya

MATARAM – Penjualan rumah subsidi secara nasional memang tengah menghadapi tantangan dan kelesuan, dipicu oleh berbagai faktor. Namun, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Real Estat Indonesia (DPD REI) NTB, Hery Athmajaya, menegaskan bahwa kondisi di NTB relatif lebih stabil, bahkan menyimpan optimisme untuk peningkatan penjualan ke depan.

“Memang penjualan rumah subsidi secara nasional masih lesu. Tapi kita di NTB masih optimis, akan kembali tumbuh lagi,” kata Hery Athmajaya, kemarin.

Hery mengakui adanya penurunan penjualan rumah subsidi secara nasional. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, termasuk lamanya penerbitan perizinan di daerah yang menghambat proses pembangunan. Selain itu, isu mengenai ukuran rumah subsidi yang akan diperkecil secara nasional juga turut memengaruhi persepsi konsumen.

Baca Juga :  REI NTB Salurkan Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Mataram

“Masyarakat mengira seluruh Indonesia sama (ukurannya), padahal itu tiap daerah berbeda-beda. Di NTB masih normal-normal saja,” jelas Hery.

Ia berharap pemerintah lebih berhati-hati dalam menyampaikan wacana kebijakan, dan sebaiknya mengumumkan setelah kebijakan tersebut benar-benar final.
Faktor lain yang turut menyumbang kelesuan penjualan adalah momen hari-hari besar keagamaan, yang secara historis sering kali menyebabkan perlambatan transaksi properti.

Meski demikian, Hery sangat optimistis terhadap potensi peningkatan penjualan rumah subsidi di NTB, didasari oleh adanya perluasan batas penghasilan maksimal calon pembeli rumah subsidi. Sebelumnya, batas penghasilan lajang (single) untuk dapat membeli rumah subsidi adalah Rp7 juta. Kini, Kementerian Perumahan dan Permukiman telah memperlebar batas tersebut menjadi Rp8 juta untuk lajang dan Rp10 juta untuk yang sudah menikah.

Baca Juga :  Perumahan Dituding Langganan Banjir, Ketua REI NTB Langsung Turun Lapangan

“Dengan aturan baru itu, membuat peluang pasar rumah subsidi ini semakin lebar dan terbuka, karena pasarnya bertambah,” tegas Hery.

Perluasan daya beli ini diyakini akan menjadi motor penggerak utama bagi sektor perumahan subsidi, khususnya setelah isu-isu sementara seperti perizinan dan wacana ukuran rumah terselesaikan.

“Kami optimistis penjualan akan meningkat,” pungkas Hery. (luk)