
MATARAM – Tingkat hunian kamar hotel yang tercatat mengalami kenaikan sebelum terjadinya PPKM, karena banyaknya tamu domestik, lokal hingga mancangera. Di mana wisman untuk hotel non bintang lebih dari 177 orang dan berbintang 520 orang. Padahal, kondisi hotel hanya menerima tamu lokal. Tingginya tamu hotel dari wisatawan mancanegara berdasarkan data BPS disangsikan pelaku usaha hotel.
General Manajer Hotel Lombok Raya I Gusti Lanang Patra mengatakan, sekarang ini untuk wisman berkunjung masih sulit. Karena harus memenuhi beberapa persyaratan, mulai harus melakukan tes PCR, kemudian biaya tiket pesawat ditambah dengan hotel. Artinya orang akan berpikir untuk datang dengan biaya besar seperti itu.
“Hotel mana itu yang mengisi tamu wisman?. Kita saja PPKM darurat, bagaimana datang wisman, domestik saja susah karena PCR pulang pergi,” kata I Gusti Lanang Patra, Senin (9/8)
Dikatakan Lanang, tamu-tamu yang datang pun jika kondisinya memang sangat penting, seperti perjalanan dinas. Sedangkan untuk berlibur tidak memungkinkan, karena kondisi yang membatasi semua pergerakan orang. Selain itu terbebani oleh resiko tertular Covid-19 dan biaya perjalanan cukup besar.
“Double pertimbangan orang mau datang kalau tidak benar-benar penting sekali ke NTB. Apalagi untuk berwisata tidak mungkin,” tuturnya.
Sementara itu, untuk tamu lokal masih ada pergerakan bahkan bisa dikatakan mendominasi tamu hotel, jika dibandingkan dengan domestik ataupun wisman. Tamu lokal banyak mengisi beberapa hotel di kawasan wisata Senggigi.
“Kalau lokal iya banyak, seperti ke Sekotong, Senggigi, untuk di kota tidak banyak hanya beberapa saja,” ujarnya.
Senada, Ketua Perhimpunan Hotel Melati Kota Mataram (PHMM), Gede Wenten mengatakan kondisi pandemi Covid-19 saja masih berlangsung belum lagi ada PPKM Darurat, tentunya tidak memungkinan ada wisman menginap di hotel. Apalagi dalam jumlah lebih dari 100 orang. Keterisian tamu yang menginap di hotel melati terbilang sangat kecil.
“Bagaimana dari luar negeri bisa datang, dari dalam negeri saja jarang ada yang datang. Apalagi penerbangan harus menggunakan PCR dan lainnya dengan biaya besar,” katanya.
Sejauh ini untuk pergerakan tamu masih sangat kecil dari sebelumnya sekitar 20 persen tingkat hunian. Bahkan hotel melati hanya mengandalkan tamu domestik dan lokal.
“Dari mana tamu luar negeri, kalau tamu dari Bali datang saja dibatasi. Gili saja yang mengandalkan limpahan tamu dari Bali sepi,” ucapnya. (dev)