MATARAM – Pengibaran bendera Nahdatul Ulama (NU) di Lapangan Sangkareang Kota Mataram pecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) kategori bendera organisasi masyarakat (ormas) terbesar di dunia yang pernah dikibarkan.
Pengibaran bendera ini dalam rangka Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU tahun 2017. Selain pengibaran bendera, digelar pawai taaruf. Pawai ini juga diwarnai keberhasilan panitia bersama peserta memecahkan rekor MURI dengan pengarakan bendera raksasa berukuran 60 X 40,20 meter di depan Islamic Center.
Peserta pawai dilepas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh, Sekjen PBNU H Helmy Faisal Zaini beserta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) H. Imam Nahrowi. Pawai ini semakin semarak dengan hadirnya salah satu kiai khos NU dari NTB, TGH Turmudzi Badaruddin yang juga Dewan Mustasyar PBNU. Diperkirakan, tidak kurang dari 15 ribu warga nahdliyin dan warga Kota Mataram dan NTB terlibat pada pawai monumental ini.
Dalam sambutannya, KH Said Aqil Siroj mengenang kembali, saat NU mengadakan Munas-Konbes NU di Pesantren Qomarul Huda, Bagu, 20 tahun silam. Kala itu, NU masih dianggap kaum pinggiran oleh pemerintah. Tidak heran jika kegiatan ini hanya dihadiri oleh Gubernur NTB kala itu. ”Dulu Munas NU yang dilaksanakan di Ponpes Qomarul Huda hanya dihadiri oleh Gubernur NTB H Warsito.
Tapi alhamdulillah walaupun tidak dihadiri secara resmi oleh pemerintah pusat namun menghasilkan keputusan yang penting,” katanya Rabu kemarin (22/11).
KH Said Aqil Siradj pun menegaskan bahwa NU di bawah bimbingan para ulama ahlussunnah waljamaah akan tetap berkontribusi demi keutuhan bangsa Indonesia. “Dengan semangat Islam Nusantara kita pertahankan NKRI, Pancasila, UUD dan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Senior Manager MURI Agus Rahargo menyebutkan pemecahan rekor MURI yang diciptakan oleh NU ini bukanlah yang pertama kalinya. Pada bulan Oktober 2017 lalu, NU sudah mencatatkan diri dalam MURI sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar membuat bendera ukuran 45 X 30 meter. Namun pengibaran bendera dibuat kembali dalam ukuran yang lebih besar yakni 60 X 40, 20 meter. ”Ukuran ini adalah bendera organisasi kemasyarakatan satu-satunya yang pernah ada dan dikibarkan di dunia. Ini malah di NTB memecahkan rekor pengibaran bendera organisasi terbesar di dunia,” kata Agus.
Pada hari yang sama, Lakpesdam NU NTB mnenggelar bedah buku Maha Karya TGH Moch Shaleh Hambali. Hadir sebagai pembicara TGH Sohimun Faishal, MA dari UIN Mataram, DR H Adi Fadli, MA penulis buku, Prof Mansyur Maksum mantan rektor Unram dan staf kepresidenan Munajab, PhD.
Bedah buku tersebut dihadiri juga dari kalangan akademisi, pemuda, mahasiswa, tokoh-tokoh NU, serta para peserta Munas dan Konbes NU di halaman utama kantor PW NU NTB.
Ketua Lakpesdam NU NTB M Akbar Jadi alias Viken Madrid mengatakan kegiatan ini untuk mengingatkan para generasi muda karena ada tokoh yang memiliki karya dan ini harus digali oleh anak muda NU untuk dikaji secara akademis. Buku-buku yang ditulis TGH Moch Shaleh Hambali berpesan tentang revolusi mental yang berkaitan langsung dengan moralitas dan akhlak. TGH Moch Sholeh Hambali juga berpesan agar tetap menjaga persatuan, dan belajar pada ulama-ulama ahlussunnah wal jamaah.” Kegiatan ini bagian dari rangkaian Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Lombok 2017,” ujarnya.
Staf Kepresidenan Munajab menyampaikan bahwa pemikiran beliau harus diteladani dan maha karyanya menjadi pesan moral untuk dijadikan rujukan terutama jamaah nahdliyin.(ami)