Miris, Penghasilan Guru Honorer Rp 3 Ribu Sehari

Penghasilan Guru Honorer Rp 3 Ribu Sehari
MENGABDI: Sejumlah guru dan siswa SDN 3 Puncak Jeringo Kecamatan Suela pada saat berkumpul di kelas. (JANWARI IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG – Sebanyak lima guru honor di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Puncak Jeringo Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur mendapatkan penghasilan Rp 96 ribu per bulan. Upah yang jauh dari kata cukup ini telah mereka peroleh sejak sebelas tahun lalu.

Salah satu guru honorer SDN 3 Puncak Jeringo Muhsan menuturkan, lima guru honor tersebut sudah mengabdi di sekolah tersebut sejak dibangun tahun 2012 silam. Honor para guru itu diperoleh dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). “Dana BOS itu cair tiga bulan sekali atau per triwulan, dimana satu bulan saya mendapat gaji Rp96ribu, kalau dibagi perhari berarti Rp 3 ribu,” tuturnya.

Jumlah guru di sekolah itu sebanyak 6 guru yang satu berstatus sebagai kepala sekolah sekaligus merangkap jadi guru, dan kepala sekolah merupakan satu-satunya guru yang berstatus sebagai guru negeri. “Di sekolah ini kepala sekolah yang negeri, sisanya pegawai honor yang rela mengabdi demi pendidikan di daerah ini,” ujarnya.

Baca Juga :  PGRI Pastikan Penerimaan Guru Honorer Sesuai Kebutuhan Sekolah

Ia mengatakan, SDN 3 Puncak Jeringo sebenarnya dibangun tahun 2009 lalu. Di mana sekolah ini dibangun untuk menampung anakanak transmigrasi yang tanahnya dijadikan sebagai bendungan Pandanduri. Akan tetapi, saat pertama kali dibangun siswa hanya bersekolah di gubuk-gubuk dan di masjid. “Untuk saat ini siswa yang ada di sekolah sebanyak 59 siswa, di mana sebelumnya sebanyak 61 orang. Tapi karena pindah, tinggal 59 orang,” jelasnya.

Sebenarnya, dari tahun ke tahun jumlah siswa di sekolah terus meningkat. Namun, karena keterbatasan guru dan fasilitas sekolah yang tidak memadai masyarakat lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya ke tempat yang lain. ‘’Sebagai sekolah terpencil, selain minim fasilitas kita juga membutuhkan guru PNS, tapi bukan dari PNS luar, melainkan kami yang sudah mengabdi sebelas tahun yang diangkat,” harapnya.

Terkait pendidikan dari sejumlah guru honornya, dia mengatakan, semua guru yang mengajar merupakan guru yang rata-rata berpendidikan sarjana. Bahkan, semua guru yang mengabdikan diri ini guru yang sudah mempunyai keluarga. ‘’Kadang-kadang istri saya marah melihat kondisi kami, dan guru guru yang perempuan kerap juga kelahi karena setiap hari minta uang bensin,” keluhnya.

Hal senada juga Irwan Hadi, rata rata guru yang mengajar di SDN 3 Puncak Jeringo berasal dari wilayah Kecamatan Pringgabaya. Untuk mencapai lokasi sekolah yang berada di atas pegunungan, harus menempuh puluhan kilometer. ‘’Kalau kita berhitung dalam sehari kita keluarkan sepuluh ribu untuk uang bensin, dikali sebulan maka kita mengeluarkan uang sebanyak 300 ribu, sementara penghasilan sebulan Rp 96 ribu. Otomatis kita ngutang,” katanya.

Meski demikian, katanya, demi anak-anak didiknya yang sudah dianggap anak kandungnya sendiri, ia dan kawan-kawan tidak pernah mengeluh untuk datang mengajar. Karena ia meyakini, usaha yang baik akan membuahkan hasil yang baik. ‘’Hanya satu permintaan kita, semoga suatu saat kita mendapat SK daerah. Meskipun tidak menjadi PNS, karena pengabdian kita sebagai guru di wilaayah terpencil ini rata-rata guru sudah mengajar 8 tahun, sementara saya sudah 11 tahun,” katanya.

Baca Juga :  Gaji Guru Honorer Terancam Tak Dibayarkan

Sebelumnya, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) muhir mengatakan, kalau setiap sekolah masingmasing kekurangan guru sekitar empat guru negeri. Lombok timur tentunya kekurangan guru sekitar seribu lebih. Namun, beruntung jumlah kekurangan guru negeri bisa diatasi dengan adanya guru honorer yang mengabdi. “Kalau sekarang jumlah SDN negeri sebanyak 620, maka kalikan saja kekurangan guru setiap sekolah masing-masing empat guru, maka kekurangan kita ribuan,” jelasnya.

Dari jumlah kekurangan ini, guru negeri yang dirasanya kurang yaitu guru mata pelajaran agama Islam. Kemudian disusul dengan kekurangan guru olahraga yang saat ini sekolah rata-rata menggunakan tenaga honorer. ‘’Tapi dengan kehadiran teman-teman guru honorer, kita sedikit kelebihan guru,” tandasnya. (cr-wan)

Komentar Anda