Pengecer Diduga Timbun Pupuk Bersubsisi

Ilustrasi Pupuk Bersubsidi

TANJUNG-Sejumlah petani di Dusun Batu Jompang Desa Sesait Kecamatan Kayangan mengeluhkan keberadaan pupuk bersubsidi sebanyak 50 ton yang diduga sengaja ditimbun di gudang pengecer.

Penimbunan pupuk ini diduga sengaja dilakukan agar bisa menaikan harga pupuk lebih tinggi daripadai harga produksinya. Akibatnya, para petani untuk pemupukan padi kedua ini sudah telat seminggu. “Saat ini petani lagi butuh pupuk untuk pemupukan padi yang kedua. Pupuk ini sebenarnya tidak langka, hanya saja pupuk ini diperjual belikan tidak berdasarkan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK),” ungkap Kadus Batu Jompang Hamdan mendampingi salah seorang petani Sengradi, Rabu (1/3).  

Pada saat pupuk itu dikelola oleh pengecer, pupuk ini diperjual belikan ke kelompok petani jagung di luar wilayah. Penjualan pupuk ke wilayah ini tidak berdasarkan RDKK petani. Mereka menjual dengan menaikan harga kisaran Rp 10-15 ribu dari harga pupuk urea Rp 180 ribu dijual menjadi Rp 195 ribu hingga Rp 220 ribu. NPK dijual Rp 260 ribu, sementara pupuk ZA dijual Rp 180 ribu. “Ini tidak sesuai harga eceran tertinggi (HET),” terang Ketua Barisan Nasional Pemuda Desa.

Baca Juga :  78 Ribu Ton Pupuk Urea Bersubsidi Sudah Tersalur

[postingan number=3 tag=”pupuk”]

Kebetulan pupuk ini sudah ada di salah seorang pengecer, menurut Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) itu dititipkan untuk persiapan pupuk untuk masa tanam musim hujan pertama (MH1). Sementara kondisi saat ini sudah hujan sehingga petani sudah telat satu minggu untuk memberikan pupuk kedua tersebut. Ketika petani hendak membeli pupuk itu, para petani tidak dikasih dengan alasan belum ada pengiriman dari Puskud. “Yang dilihat para petani disini ada upaya main bisnis pada saat pendistribusian pupuk yang sengaja perlambat ke kelompok petani sehingga mereka bisa tawar harga,” katanya.

Baca Juga :  Pupuk Langka, Petani Menjerit

Dikonfirmasi terpisah, Kepala UPTD KPP Kecamatan Kayangan Masri membenarkan, bahwa pupuk sengaja dititip sebanyak 50 ton bukan penimbunan. Pupuk itu akan segera disalurkan setelah MH1 ke kelompok petani. Tidak ada berani yang memainkan karena telah ddijatahkan pendistribusian pupuk di Lombok Utara. “Pupuk di Suaka itu untuk mengamankan musim tanam MH1 sebanyak 50 ton. Bukan menimbung,” dalihnya.  

Menurutnya, MH1 ini sudah berjalan. ia kerap kali menyarankan kepada penyuluh agar jangan menggunakan pupuk N (nitrogen) atau Urea berlebihan. Karena sesuai yang direkomendasikan pemberian pupuk itu sebanyak 250 kg per hektar, sementara para petani banyak menggunakan lebih dari itu. Jika melihat jatah pupuk untuk Lombok Utara sebanyak 4 ribu ton. Dikatakan, itulah penyebabnya jangan sampai NK1 kekurangan pupuk, makanya dibatasi untuk membeli. (flo)

Komentar Anda