MATARAM – Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi resmi mengajukan surat pengunduran diri dari Partai Perindo, pada Rabu 30 Oktober 202r. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Perindo juga telah menerima secara resmi pengunduran diri TGB yang sebelumnya menjabat ketua harian.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Ihsan Hamid menilai mundurnya TGB memiliki kausalitas dengan Pilgub NTB 2024 saat ini.
“Kalau konteks Pilgub NTB, tentu punya kausalitas. Orang politik kalau kedip mata punya makna, apalagi peristiwa besar dan beliau bukan anggota biasa. Makanya pertanyaan dasar apa yang bisa kita baca ketika TGB mundur,” kata Ihsan Hamid, Jumat (1/11).
Ihsan melihat TGB saat ini baik selaku politisi maupun individu mengarahkan dukungan mendukung Zulkieflimansyah di Pilgub NTB 2024, meskipun pihak Rohmi sekuat tenaga menafsirkan TGB bersikap netral, namun berbeda jauh dengan realita yang ada bahwa TGB mendukung Zulkieflimansyah.
“Karena sejak awal TGB tidak ingin paket Zul-Rohmi pecah. Mundurnya beliau dari Perindo dapat dikatakan sebagai sikap kedewasan dalam poltik dan sebagai bentuk konsistensi TGB dengan sikap awal,” ujarnya.
Ihsan menilai bahwa TGB memahami untuk melihat hasil dari paket Zul-Rohmi butuh transisi kepemimpinan selama 10 tahun. Apalagi saat transisi kepemimpinan 2018 lalu, Zul-Rohmi memimpin dengan diwarnai bencana gempa bumi dan Covid-19, sehingga membutuhkan waktu lebih untuk melihat hasil yang lebih baik.
“Beliau (TGB) memahami secara ideal sirkulasi kepemimpinan itu 10 tahun baru terlihat hasil. Apalagi era Zul-Rohmi kemarin banyak juga hasil kepemimpinan mereka,” kata dia.
Dia melihat sikap TGB sudah terbaca dari awal, mulai dari sikap tidak mendukung Rohmi-Firin saat wawancara dengan awak media di Islamic Center NTB, bersepeda barengan hingga menyaksikan MotoGP kemarin bersama Zulkieflimansyah. Itu menjadi sinyal kuat arah dukungan TGB.
Ihsan melihat sikap mundurnya TGB dari Perindo sebagai sinyal bahwa TGB tidak ingin disebut netral di Pilgub NTB 2024.
“Saya rasa TGB tidak ingin disebut netral di Pilgub NTB. Keluarnya TGB masih memiliki kaitan dengan dukungannya ke Zulkieflimansyah,” ujar dia.
Jika TGB masih di Perindo, maka TGB akan tidak bebas untuk mendukung Zulkieflimansyah, karena faktor keterikatan dengan Parpol yang berbeda dukungan.
“Kalau beliau (TGB) tetap di Perindo lalu tidak dukung Rohmi kan jadi ambigu. Ini jadi sikap tegas bahwa TGB tidak bisa dikaitkan dengan Rohmi,” katanya.
Dalam konteks Pilkada ini, Ihsan meyakini TGB akan lebih lega untuk mendukung Zulkieflimansyah karena terbebas dari sangkutpaut Parpol. Dengan keluarnya TGB dari Perindo, sangat memungkinkan jika ke depannya TGB akan turun kampanyekan paket 02 Zul-Uhel.
“Sangat terbuka beliau bisa kampanyekan Zul. Arahnya bisa saja ke situ meskipun hanya Tuhan dan TGB yang tahu. Tetapi kausalitasnya secara politik bisa dibaca,” kata dia.
Dengan dukungan TGB, Ihsan menilai Zulkieflimansyah mendapatkan limpahan elektoral yang cukup besar.
“Kemungkinan Zul mendapat limpahan elektoral, karena enggak bisa kita baca TGB sebagai sosok figur yang biasa. Beliau masih punya pengaruh karena masih menjadi kingmaker yang ada di NWDI,” ujarnya.
Suara NWDI dinilai dapat pecah dua, setengah untuk Rohmi dan setengah untuk TGB atau bisa saja lebih besar untuk TGB mengingat TGB masih punya pengaruh cukup besar di internal organisasi Islam terbesar di NTB ini.
“Artinya setidaknya suara NWDI berpoitensi pecah dua, setengah bisa ke TGB atau ke Rohmi atau sebagain besar akan ikut TGB,” ucap Ihsan. (luk)