Penerapan E-Rinjani Terkendala Jaringan Internet

RINJANI: Kepala BTNGR saat melakukan peninjauan penerapan sistem pembayaran non-tunai atau cashless payment melalui aplikasi E-Rinjani di salah satu destinasi wisata pendakian di Lotim.

MATARAM — Penerapan sistem pembayaran non-tunai atau cashless payment melalui aplikasi E-Rinjani di sejumlah destinasi wisata alam non-pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), menemui berbagai kendala di lapangan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan sinyal internet di beberapa lokasi, sehingga menghambat proses registrasi wisatawan.

Kepala Balai TNGR, Yarman, mengungkapkan bahwa sejak penerapan sistem ini pada 1 Februari 2025, beberapa lokasi masih mengalami kesulitan akses internet, khususnya di Resort Aikmel, Bukit Gedong, dan Bukit Propok.
“Kami telah menerapkan E-Rinjani mulai kemarin (1/2), dengan beberapa lokasi mendapatkan pendampingan dari petugas. Namun, memang ada kendala sinyal di beberapa tempat, seperti di Bukit Gedong dan Bukit Propok,” ujar Yarman kepada Radar Lombok, Jumat (7/2).

Yarman menjelaskan bahwa di sekitar Bukit Gedong dan Savana Propok, belum tersedia jaringan listrik yang memadai, sehingga menyebabkan gangguan akses internet. Hal ini berdampak pada proses administrasi bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke destinasi tersebut.
“Memang ada kendala di lapangan, tetapi petugas kami akan melaporkan situasi yang terjadi agar bisa segera kami antisipasi,” jelasnya.

Sebagai langkah sementara, proses registrasi, cek ini dan print tiket untuk wisatawan yang menuju Bukit Propok dan Bukit Gedong, dan Sebau dialihkan ke Tombong Rebo. Lokasi ini dipilih karena sudah memiliki infrastruktur listrik yang lebih baik. Sejauh ini, wisatawan masih memahami kondisi tersebut, mengingat jarak antara lokasi penukaran tiket dan destinasi wisata tidak terlalu jauh.

“Tahap II diupayakan di Gedong, Propok, Sebau ada genset atau sumber listrik mandiri dan internet dari starlink,” bebernya.
TNGR saat ini sedang mempersiapkan penyediaan listrik dan jaringan internet di kawasan tersebut agar proses administrasi berjalan lebih lancar. Petugas juga telah ditempatkan di setiap pintu masuk destinasi wisata untuk memberikan pendampingan bagi wisatawan.

“Kami memang mengalami kendala internet di awal, tetapi hal ini wajar dalam tahap awal kebijakan. Pasti ada beberapa kendala, tetapi kami yakin semua ini bisa segera diatasi,” tegas Yarman.

Meski menghadapi kendala di beberapa lokasi, penerapan sistem pembayaran non-tunai di destinasi wisata non-pendakian lainnya berjalan dengan baik. Beberapa lokasi yang tidak mengalami hambatan berarti antara lain Air Terjun Jeruk Manis dan Pemandian Otak Kokok Joben.

“Untuk destinasi lainnya, sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Hanya saja, karena ini berbasis aplikasi, beberapa kendala teknis bisa saja muncul di awal penerapan. Yang paling perlu perhatian saat ini adalah Bukit Gedong dan Savana Propok,” jelas Yarman.

Penerapan cashless payment ini merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Kehutanan serta Memorandum Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Langkah ini diambil untuk meningkatkan transparansi dan mencegah kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata di NTB.

Adapun 15 destinasi wisata alam non-pendakian yang berada di kawasan TNGR antara lain Aik Panas Sebau, Air Terjun Jeruk Manis, Air Terjun Mangun Sakti, Air Terjun Mayung Polak, Pemandian Otak Kokok Joben, Telaga Biru, Tereng Wilis, Ulem-ulem, Bornong Bike Park, Joben Evergreen, dan beberapa bukit di kawasan Sembalun, Lombok Timur.

Sebagai langkah awal, registrasi bagi wisatawan yang menuju Bukit Gedong dan Savana Propok masih akan dilakukan di Tombong Rebo hingga infrastruktur di lokasi tersebut siap. “Kami akan terus memantau perkembangan di lapangan dan memastikan sistem ini dapat berjalan dengan baik,” tutup Yarman. (rat)