Penduduk Miskin Bertambah Akibat Covid-19

KEMISKINAN: Suasana rumah sejumlah warga Kelurahan Tangjung Karang Kota Mataram yang tidak layak huni. (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)
KEMISKINAN: Suasana rumah sejumlah warga Kelurahan Tangjung Karang Kota Mataram yang tidak layak huni. (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Pandemi virus corona ternyata berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat, tak terkecuali di NTB.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat penduduk miskin bertambah sekitar 8,2 ribu orang. Atau 713,89 orang dari angka 705,68 orang. ‘’Kalau dipersentasekan penduduk miskin periode September 2019-Maret 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen poin,’’ sebut Kepala BPS NTB Suntono, Rabu (15/7).

Jumlah penduduk miskin di NTB, baik daerah perkotaan maupun pedesaan mengalami kenaikan. Persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2019 sebesar 14,85 persen naik menjadi 14,90 persen pada Maret 2020. Tak jauh berbeda dengan penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 12,97 persen pada September 2019 menjadi 13,09 persen pada Maret 2020. “Kalau dilihat perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin NTB terus mengalami penurunan. Tetapi jika diamati setiap periode, penurunan penduduk miskin bersifat fluktuatif dan poin penurunannya bervariasi,” jelasnya.

Sejak 2010-2020 persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan. Kecuali pada periode September 2014-Maret 2015, September 2016-Maret 2017 dan September 2019-Maret 2020. Penurunan angka kemiskinan pada periode Maret 2017- September 2017 merupakan yang tertinggi. “Pada Maret 2017 sebanyak 793.780 orang penduduk miskin dan September sebanyak 748.120 orang. Sedikit menurun pada September,” terangnya.

Sementara itu, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. “Pada Maret 2020, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 74,71 persen di perkotaan dan 74,73 persen di pedesaan,” ucapnya.

Selama September 2019 dan Maret 2020, garis kemiskinan mengalami kenaikan. Yaitu dari Rp 392.184 per kapita per bulan pada September 2019 menjadi Rp 404.941 per kapita per bulan pada Maret 2020. Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan (GK) terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM). Terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Pada Maret 2020 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 74,71 persen. “Lima komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada garis kemiskinan adalah komoditi beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, roti dan daging ayam ras,” pungkasnya. (dev)

Komentar Anda