Pendiri Teater Koma Berbagi Pengalaman dengan Pegiat Seni NTB

DISKUSI: Pendiri Teater Koma (Jakarta), N Rintiarno dan isteri, Ratna Rintiarno, ketika menjadi narasumber dalam diskusi kesenian di Taman Budaya NTB, Sabtu (24/8/2019). (Pocik untuk radarlombok.co.id)

MATARAM—Rangkaian kegiatan “Pentas Kebangsaan Merajut Persatuan dalam Keberagaman Mengisi 74 Tahun Indonesia Jaya” yang digelar Taman Budaya NTB, selama dua hari, 23 – 24 Agustus 2019. Selain mementaskan aneka seni dan budaya dari NTB (Lombok dan Sumbawa), serta berbagai kesenian luar daerah seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali, juga melaksanakan workshop kesenian, dengan narasumber seniman kondang, yang merupakan pendiri Teater Koma (Jakarta), N Rintiarno, dan isteri, Ratna Rintiarno.

Kegiatan workshop kesenian dengan tema, Proses Kreatif Teater Koma dan Tantangan Dunia Seni Pertunjukan di Indonesia, Sabtu (24/8/2019), yang berlangsung di Taman Budaya NTB, diikuti para seniman dan budayawan, serta komunitas teater yang ada di NTB, juga dihadiri langsung oleh Gubernur NTB, Dr H. Zulkieflimansyah.

Seperti dilansir dari salah satu media lokal NTB, menurut Adi Pranajaya, sutradara film Nasional kelahiran Sumbawa, yang merupakan pemrakarsa kegiatan diskusi ini. Seni pertunjukan, terutama seni teater di NTB, dari waktu ke waktu semakin berkembang.

“Karena itu, dengan mendengar langsung pengalaman, atau sharing (berbagi) pengetahuan bersama pendiri Teater Koma, maka akan banyak ilmu yang didapatkan untuk pengembangan seni pertunjukan di NTB,” kata Adi Pranajaya.

Lebih lanjut dinyatakan Adi Pranajaya, sengaja pihaknya secara khusus mengundang koleganya sesama sutradara film ini untuk menjadi pembicara. Karena salah satu persoalan teman-teman pegiat seni pertunjukan di NTB, adalah mereka masih kesulitan memadukan antara konten pertunjukan dengan para penontonnya.

“Kalau ini berhasil. Maksudnya membuat seni pertunjukan yang bisa menyatu dengan penontonnya. Maka bukan tidak mungkin ke depan dari profesi pegiat seni ini bisa menghasilkan secara ekonomi, yang selanjutnya bisa berdampak terhadap pemenuhan hidup sehari-hari para seniman pegiatnya,” ujar Adi Pranajaya.

Menurutnya, pengalaman N. Riantiarno bersama Teater Koma, merupakan contoh paling relevan yang diharapkan bisa diterapkan dalam perkembangan seni pertunjukan di NTB. “Para pegiat teater di NTB butuh referensi, sekaligus perlu mendengar pengalaman kelompok-kelompok teater legendaris Indonesia seperti Teater Koma ini,” pungkas Adi Pranajaya. (gt)

Komentar Anda