Pendakian Rinjani Dibuka Tahun 2020

Pendakian Rinjani
BELUM NORMAL : Suasana pelayanan pendakian Gunung Rinjani di Kantor Resort TNGR Sembalun beberapa bulan lalu sebelum terjadinya bencana gempa. (Dok/RADAR LOMBOK)

SELONG – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) telah turun melakukan  survei jalur pendakian Gunung Rinjani yang rusak setelah diguncang gempa, baik itu jalur pendakian dari Sembalun, Senaru, maupun jalur Torean.

Survei yang dilakukan TNGR  itu  melibatkan sejumlah pihak didantaranya dari TNI, kepolisian, Basarnas, Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Pemkab Lotim, Pemkab Lombok Utara, Badan Promosi Pariwisata (BPPD), KLU termasuk perwakilan Treck Organizer (TO) Senaru dan Sembalun maupun perwakilan guide dan Porter.”  Ini untuk melihat dan mengetahui jalur pendakian,” kata Kepala Balai TNGR Sudiyono.

BACA JUGA: Disbudpar Ingin Pendakian Rinjani Dibuka

Dikatakan, selain jalur pendakian, kegiatan sama juga dilakukan terhadap sejumlah fasilitas  pendakian seperti mengecek kantor TNGR di Sembalun, pos pendakian dan lainnya. Hasil survei kemudian dibahas kembali bersama Basarnas, BWS, dan ahli Geologi dari Dinas ESDM Provinsi NTB. “ Berdasarkan hasil survei, kondisi sarana prasarana  dan jalur pendakian ke Sembalun yaitu kondisi kantor TNGR rusak sedang sampai berat, sepanjang jalur pendakian ditemukan sebanyak 14 titik yang rawan longsor dan 11 titik tanah retak, kondisi shelter 12 masih baik, hanya satu yang rusak, satu unit pos jaga di pos II Sembalun rusak ringan, sebuah jembatan juga rusak berat, namun bisa di lewati,” sebutnya.

Kondisi serupa juga terjadi pada sarana prasarana dan jalur pendakian lewat Senaru. Dimana terjadi kerusakan di berbagai tempat. Seperti kantor TNGR resort Senaru, gapura pendakian, pos jaga dan toilet. Sedangkan untuk jalur pendakian sendiri ditemukan sebanyak 14 titik kondisinya rawan longsor dan terjadi keretakan. Begitu juga dengan shelter juga ditemukan dalam kondisi rusak ringan maupun berat. “ Sedangkan untuk jalur budaya Torean, kondisinya terdapat 12 titik yang rawan longsor, dan jalur pendakian terputusa tepatnya di sebelum Air Terjun Penimbungan,” jelasnya.

Dari hasil survei yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ketiga jalur pendakian ke Rinjani itu untuk sementara belum bisa dibuka karena kondisinya yang belum memungkinkan. Tidak hanya itu  potensi terjadinya longsor Rinjani juga perlu untuk diwaspadai dan menjadi atensi semua  pihak terkait.  Jangan sampai mengancam masyarakat atau warga yang bermukim di aliran sungai yang berhulu  dari Gunung Rinjani,  terutama ketika masuk musim hujan.

BACA JUGA: Penyeberangan Wisman ke Gili Baru 10 Persen

“ Untuk kondisi normal, pendakian ke Rinjani dan Segera Anak diperkirakan akan mulai dibuka tahun 2020 mendatang,” jelasnya.

Dampak gempa ini juga sangat dirasakan oleh para pelaku wisata. Terutama porter dan guide. Mereka kini banyak menganggur setelah pendakian ditutup total. Namun pihak TNGR ini terus berupaya untuk mencari alternatif lainnya, agar para pelaku wisata  yang mengandalkan hidup dari sektor ini bisa beraktivitas kembali. “ Makanya Balai TNGR berencana melakukan survei jalur wisata alternatif dengan melibatkan sejumlah pihak terkait,” pungkasnya.(lie)

Komentar Anda