MATARAM – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, Muhammad Rum mengatakan pemerintah telah bekerja cepat menanggapi bencana banjir yang melanda NTB. Anggaran sebesar Rp 4 miliar disiapkan untuk menangani korban bencana banjir. Menurut Rum, banjir yang terjadi di NTB khususnya di kota Mataram pada Rabu kemarin (14/12) merupakan banjir terbesar yang pernah ada. “Setahu saya ini banjir terbesar, dulu sekali pernah banjir di Sekarbela. Tapi tidak sebesar ini, makanya pemprov siapkan anggaran sekitar Rp 4 miliar untuk tangani banjir,” ungkapnya kepada Radar Lombok usai melakukan Rapat Koordiansi (Rakor) di ruangan Sekda NTB, Kamis pagi (15/12).
Dikatakan, BPBD sendiri sejauh ini mengusulkan dana hanya sebesar Rp 2,2 miliar saja. Namun Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) sendiri memiliki anggaran sekitar Rp 4 miliar jika dibutuhkan. “Kita sudah buat posko juga, saya selaku komandan posko yang di dalamnya ada lintas SKPD,” imbuhnya.
Berdasarkan data resmi yang diterima BPBD NTB, banjir paling besar terjadi di kelurahan Kekalek Jaya. Terdiri dari lingkungan Kekalek Kijang sempat diungsikan 54 Kepala Keluarga (KK), lingkungan Kekalek Barat diungsikan 10 KK, lingkungan Kekalek Timur 100 KK.
Kemudian di KelurahanTaman Sari, masyarakat yang terkena banjir di lingkungan irigasi 515 jiwa, lingkungan Taman Kapitan 50 KK, lingkungan Gatep Permai 50 KK. Tapi tidak ada yang diungsikan,” terangnya.
Berikutnya Kelurahan Tanjung Karang, Lingkungan Batu Ringgit Selatan sebanyak 68 KK. Sebanyak 105 orang sempat diungungsikan. Banjir juga terjadi di lingkungan Sembalun sehingga 6 KK diungsikan, lingkungan Bendega 32 KK dan lingkungan Batu Dawe 5 KK. “Kondisi di semua lingkungan yang sempat mengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumahnya. Banjir juga terjadi di Dasan Cermen dan Abian Tubuh Barat,” kata Rum.
Banjir yang cukup parah terjadi di Kekalik menurut Rum karena jebolnya tanggul sungai Ancar. Hal itulah yang membuat hujan yang turun menghantam wilayah di sekitarnya seperti di Jalan Panji Tilar, Jalan Irigasi dan lain-lain. Terlebih lagi air yang ada di sungai Ancar meluap sehingga sampai Karang Sukun, Monjok dan lain-lain dengan ketinggian mencapai 1 meter.
Meskipun banjir cukup parah di Kota Mataram, namun dipastikan tidak ada korban meninggal dunia. Laporan yang masuk ke BPBD, korban meninggal dunia akibat banjir hanya ada 1 orang terseret arus di Desa Perung Kecamatan Lunyuk, Sumbawa. “Kalau yang dari Jagaraga itu, wanita lansia yang meninggal dunia di sawah. Dia tidak bisa pulang karena hujan, tapi karena tubuhnya kedinginan akhirnya meninggal dunia. Yang jelas bukan disebabkan banjir,” terangnya.
Saat ini pemprov terus melakukan langkah mitigasi bencana untuk mengantisipasi banjir lagi, misalnya dengan normalisasi sungai. Rum menyarankan agar sungai Ancar diperlebar. “Penyebab utama banjir itu karena masalah sungai, selanjutnya akibat drinase yang tidak bekerja dengan baik. Makanya teman-teman yang di SKPD tekhnis, harus ditinjau itu kenapa bisa banjir dan banyak genangan air,” sarannya.
Bantuan yang sudah diberikan seperti biasa yaitu makanan siap saji, selimut dan lain-lain. Termasuk membantu perbaikan stanggul sungai. “Saya sih kurang tahu apakah drainase yang tidak berfungsi sehingga banyak juga titik jalan yang tidak bisa dilalui, yang jelas banjir kemarin itu terhebat yang pernah terjadi di Mataram,” ucap Rum.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto mengungkapkan, data analisa normal curah hujan dari stasiun klimatologi kediri, puncak hujan di wilayah NTB umumnya terjadi di bulan Desember dan Januari. Oleh karena itu masyarakat harus tetap waspada.
Disampaikan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi terjadi di wilayah NTB. Penyebabnya belokan angin di wilayah NTB masih berpotensi terjadi sebagai efek adanya tekanan rendah tersebut dan juga SST di perairan NTB yang cendrung hangat hingga bulan januari 2017. “Kondisi ini menyebabkan potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat diprediksi masih akan terjadi hingga bulan Januari 2017, masyarakat harus antisipasi datangnya lagi banjir,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan, hasil pantauan analisis dinamika atmosfir beberapa hari kebelakang terlihat adanya pusat tekanan rendah yang konsisten berada di sekitar wilayah NTB. Hal ini menyebabkan terbentuknya belokan angin dan palung tekanan rendah yang menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah NTB menjadi sangat aktif. (zwr)