Pemprov Siapkan Dua Hektare Lahan Pusat Lobster

H Yusron Hadi (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Kedatangan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Sakti Wahyu Trenggono belum lama ini, menjadi tonggak baru dunia budidaya lobster di Provinsi NTB. Pulau Lombok akan menjadi daerah pertama di Indonesia sebagai pusat budidaya lobster.

Lalu bagaimana tindaklanjut pemerintah daerah atas wacana tersebut? Mengingat, selama ini belum ada daerah lain yang bisa dijadikan contoh. “Kita daerah siapkan lahan 2 hektare. Dermaga Telong-Elong nanti bisa dipinjam pakai pusat untuk bangun sarananya,” terang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTB, H Yusron Hadi kepada Radar Lombok.

Dalam waktu dekat, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan kembali datang ke NTB. Terutama untuk menindaklanjuti instruksi menteri untuk membangun berbagai fasilitas pendukung budidaya lobster.

Menurut Yusron, di atas lahan 2 hektar yang disiapkan, nantinya akan dibangun juga Balai Riset Lobster. Artinya, Lombok tidak hanya sebagai pusat budidaya saja, tetapi benar-benar akan menjadi pusat lobster. “Kita ingin jadi sentra lobster. Jika orang bicara lobster, ya Lombok. Ini akan menjadi ikon Indonesia,’’ katanya.

Sejauh ini, belum ada satu pun lembaga atau balai yang fokus melakukan riset tentang lobster. Lombok akan menjadi satu di Indonesia. Hal ini tentu saja sangat membanggakan.

Terkait dengan anggaran, Yusron tidak merasa khawatir. Meski di tengah pandemi, sumber pembiayaan akan ditangani Kementerian. “Jadi tugas kita di daerah benar-benar memastikan lahan 2 hektar itu clear and clean, sehingga bisa dimanfaatkan oleh pusat,” ucapnya.

Pemprov juga akan segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Hal itu penting dilakukan, untuk pengaturan nelayan lobster dan juga zonasi nantinya. “Anggaran banyak dari pusat, termasuk untuk sarana prasarana. Di Indonesia belum ada pusat riset lobster,” imbuhnya.

Baca Juga :  Budidaya Hanya Menambah Luka

NTB dipilih sebagai pusat budidaya lobster bukan tanpa sebab. Potensi lobster di NTB khususnya di Lombok cukup menggiurkan. Terutama di Perairan Jerowaru, Dermaga II Pelabuhan Telon-Elong, Gili Beleq, Gili Rhee dan Teluk Ekas.

Area budidaya lobster di Lombok Timur seluas 2.195 hektare. Luas lahan potensial untuk budidaya lobster 731,84 hektare, luas lahan yang sudah dimanfaatkan 16,06 hektare, persentase pemanfatan lahan baru mencapai 2,2 persen. Area pengembangannya berada di Teluk Sriwe, Teluk Jukung dan Teluk Ekas.

Jumlah pembudidaya dan Keramba Jaring Apung (KJA) yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru dan Keruak, sejauh ini sebanyak 147 KJA. Dengan jumlah anggota mencapai 1.809 orang dan jumlah KJA (petak/lubang) 8.438. Jumlah KJA di masing-masing kawasan diantaranya KJA Teluk Jukung 6.069 lubang, Kawasan Teluk Ekas 2.313 lubang dan Kawasan teluk Sriwe  sebanyak 56 lubang.

Data produksi lobster tahun 2020 di Kecamatan Jerowaru dan Kecamatan Keruak saja yang meliputi 10 desa, produksinya mencapai 82.568 kilogram. “Selama ini pasar utama lobster kita Asia Timur, seperti China, Jepang Korea. Kemudian Eropa juga,” kata Yusron.

Salah satu kendala yang menjadi perhatian DKP, hingga saat ini belum ada eksportir yang langsung dari NTB. Pola yang digunakan, para pengepul mengirim terlebih dahulu ke Bali atau Surabaya. “Belum ada yang langsung eskpor. Kedepan kalau ini berkembang, tentu terbuka untuk eskpor langsung. Karena untuk eskpor itu kesiapan produk sangat penting. Jadi setelah panen, tidak perlu lagi pengepul kita kirim ke Bali dan Surabaya, tapi bisa langsung dari sini,” ujarnya.

Baca Juga :  Anggota DPR Diminta Perjuangkan Nasib Nelayan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono telah melakukan kunjungan kerja ke sentra pengembangan lobster di Teluk Awang, Kecamatan  Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dan Telong-Elong, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Ketika berdialog dengan para penangkap benur dan pembudi daya lobster dari berbagai sentra budi daya lobster di Teluk Awang, Menteri menginginkan agar NTB bisa dijadikan sebagai pusat budidaya lobster nasional, bahkan dunia.

Dampaknyaknya bagi peningkatan  ekonomi masyarakat cukup besar. Negara-negara dari Erofa, China, Amerika ataupun negara Asia lainnya jika ingin memesan lobster harus datang ke NTB. “Dengan dijadikannya NTB sebagai pusat budidaya lobster nasional, tentu akan ada dampak usaha ikutan lainnya. Masyarakat sekitar bisa membuka usaha rumah makan khas lobster, dan di lokasi ini juga bisa dijadikan sebagai destinasi wisata lobster yang nantinya akan dikunjungi banyak wsatawan domestik maupun wisatawan dari berbagai negara,” kata menteri Trenggono.

Menteri juga meninginkan agar budidaya lobster di NTB bisa terus dikembangkan dan menambah jumlah keramba-keramba pengembangan. Kekayaan laut yang begitu melimpah dimiliki harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu, menteri menginstruksikan Dirjen Budidaya KKP agar di Lombok dibangun UPT Budidaya Perikanann KKP, termasuk lobster yang konsen mengurus mulai dari jual beli, proses pembenihan, proses produksi hingga akses pasar dan transparansi harga yang jelas. (zwr)

Komentar Anda