
PRAYA–Pemerintah Desa (Pemdes) Selebung Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, kini mencanangkan program ketahanan dan kemandirian pangan dengan mengembangkan system pertanian hulu hilir.
Kades Selebung Agus Kusuma Hadi menyampaikan bahwa Desa Selebung merupakan salah satu desa yang berada
di bawah kaki Rinjani yang dilintasi oleh lima aliran sungai besar yaitu Kokoh Kelebur, Kokoh Babak, Kokoh Lenek, Kokoh Gede Bongoh dan Kokoh HLD. Melimpahnya sumber air irigasi ini menjadikan pertanian diwilayah ini bisa dilaksanakan sepanjang tahun.
“Luas lahan pertanian padi di Desa Selebung mecapai 185,51 Hektar atau 946 bidang sawah dengan jumlah petani pemilik lahan 745 orang. Sementara luas lahan pertanian hortikultura atau palawija mencapai 31,17 Hektar atau 35 bidang sawah dengan jumlah petani pemilik lahan sebanyak 30 orang,” ungkap Agus Kusuma Hadi kepada Radar Lombok, Rabu (4/6).
Dengan luasan lahan pertanian padi ini, potensi produksi padi di Desa Selebung mencapai 1.113,06 Ton gabah kering panen dan jika dinilai dengan HPP Rp.6.500/KG maka total harga produksi gabah kering panen sebesar Rp. 7.234.890.000.
Sementara produksi palawija untuk komoditas tomat mencapai 30 sampai dengan 100 ton per hektar, komoditas cabai mencapai 5 sampai dengan 15 ton per hektar dan komoditas sayur mencapai 10 sampai dengan 30 ton per hektar.
“Untuk menujang aktivitas pertanian ini, kami dari Pemdes Selebung mencanangngkan program ketahanan dan kemandirian pangan dengan mengembangkan system pertanian hulu hilir,” ucapnya.
Program ini dilaksanakan dengan cara mengembangkan tanaman padi unggul dengan membiat penangkaran benih sendiri. Penangkaran benih padi varietas IMPARI 32 ini di buat untuk digunakan sendiri dan tidak dijual komersil keluar.
“Tentu dengan pendampingan terus menerus terutama oleh PPL Swadaya yang telah memiliki pengalaman dan
dipercaya oleh petani,” ucapnya.
Selain itu mereka juga membuat pupuk organik. Menurut pria berambut gondrong ini bahwa untuk mencipatakan pertanian yang ramah lingkungan serta berkelanjutan, pemerintah desa juga telah mulai memproduksi pupuk organik yang berlokasi di Dusun Dasan Baru Desa Selebung.
“Pupuk ini di buat dengan bahan baku yang bersumber dari sampah organik dan limbah kotoran ternak di TPS 3 R Desa Selebung. Beberapa demplot penggunaan pupuk organik terbukti telah meningkatkan produksi
pertanian warga paling sedikit 5 sampai dengan 10 persen per musim,” jelasnya.
Hal ini diproyeksikan akan terus
meningkat seiring dengan semakin membaiknya kualitas tanah pertanian yang ada. Produksi pupuk organik ini selain mencipatakan lingkungan yang semakin bersih dan sehat juga mampu menyerap tenaga kerja.
“Disamping itu bisa menekan biaya produksi petani serta mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia,” jelasnya.
Pemdes juga menyerap, menyimpan gabah dan mengolahnya menjadi beras. Untuk menyimpan dan mengolah gabah petani, kini di Desa Selebung telah ada lumbung pangan yang telah dilengkapi dengan mesin pengolah beras dan gudang penyimpanan.
Ia menyampaikan bahwa Pemdes bekerjasama dengan Gapoktan Tiga Bersatu mulai menyerap gabah petani untuk disimpan dan diolah menjadi beras dan selanjutnya dijual kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih dinamis.
“Hal tersebut dilaksanakan untuk memastikan kebutuhan beras bagi warga bisa terus terpenuhi sepanjang waktu. Beberapa program yang kita lakukan ini telah membuat putaran siklus pertanian yang kuat sehingga menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan di Desa Selebung,” tutupnya. (met)