MATARAM—Polemik terkait pengelolaan perubahan model pelaksanaan Ujian Nasional (UN) terus bergulir. Tidak sedikit yang terlibat pro dan kontra terkait kebijakan tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Mataram, H. Sudenom mengatakan, perubahan model UN bagi siswa SMA sederajat yang hanya diwajibkan mengikuti ujian mata pelajaran yang diminati dinilai positif. Perubahan tersebut dianggap tidak akan membuat siswa, sekolah dan pemerintah daerah repot.
“Justeru dengan perubahan kebijakan ini akan membuat kondisinya semakin mudah, Karena perubahan ini terlihat semakin menyederhanakan pelaksanaan UN,” ujarnya, Rabu (28/12).
Dengan hanya mengambil mata pelajaran yang diminati siswa, jelasnya, akan terlihat sejauh mana kompetensinya. Ajang UN dengan perubahan model seperti ini dianggap sebagai evaluasi pamungkas mengetahui kemampuan siswa.
Katanya, dengan mengambil salah satu mata pelajaran pada jurusan masing-masing siswa, maka pelaksanaan UN akan semakin singkat dan tidak memakan waktu panjang. Praktis, dengan perubahan kebijakan itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari perubahan yang dilakukan Kemendikbud.
Hemat dia, bisa jadi pemilihan mata pelajaran yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki setiap daerah.
Dengan begitu, setiap daerah akan memiliki ciri khas keilmuan untuk dikembangkan.
Terpisah, Kepala SMAN 2 Mataram sekaligus Wakil Ketua PGRI NTB, Sahnan mengatakan, perubahan kebijakan model UN dipandangnya akan semakin menyederhanakan pelaksanaan ujian tersebut. Hal ini dilihat dari pemilihan mata pelajaran yang ditujukan bagi siswa yang sesuai jurusannya.
Baginya, yang terpenting adalah jangan sampai tiga mata pelajaran wajib seperti matematika, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dihapus dari pelaksanaan UN. Ini karena ketiga mata pelajaran tersebut penunjang masa depan siswa.(cr-rie)