Pedagang Tanam Pohon Pisang di Tengah Pasar

Kesal karena Setahun Sampah belum Diangkut

Pedagang Tanam Pohon Pisang di Tengah Pasar
PROTES : Pedagang dan warga sekitar pasar Kediri memprotes tumpukan sampah yang hampir setahun belum diangkut dengan cara menanam pohon pisang dan pohon lainnya di tengah pasar. (Fahmy/Radar Lombok)

GIRI MENANG – Pedagang dan warga sekitar pasar Kediri kesal dengan buruknya penanganan sampah di pasar ini setiap hari. Mereka melampiaskan kekesalan dengan cara menanam pohon pisang di tengah pasar.

Penanaman pohon pisang mereka lakukan Sabtu siang (19/1). Ini bentuk protes kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yang selama ini dianggap membiarkan sampah menumpuk di pasar. Tumpukan sampah sudah lama ada. Bahkan pengakuan pedagang, sampah belum diangkut sudah hampir satu tahun. Warga yang tinggal di dekat pasar terganggu dengan bau dan ancaman penyakit yang datang dari sampah ini. Bagi pedagang, sampah ini membuat pembeli ogah datang. Mereka enggan mendekat karena bau sampah yang menyengat.

BACA JUGA: Polisi Masih Buru Pelaku Lain Penyunatan Dana Bantuan Masjid

Sayuni Efendi, warga sekitar pasar mengatakan, protes dilakukan karena selama ini Pemkab dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (LH) tidak mengindahkan aspirasi warga.”Kita sangat tidak nyaman dengan kondisi pasar yang sudah satu tahun tidak diangkut sampahnya,” katanya.

Pemkab dinilai tidak memberikan perhatian terhap pasar Kediri, berbeda dengan pasar-pasar lainnya.”Tidak ada yang pernah mengurus pasar ini. Mereka hanya janji-janji waktu kampanye saja,” ungkapnya.

Warga sudah melayangkan protes secara baik secara lisan maupun lewat media sosial, tetapi Pemkab hanya menjanjikan penataan pasar agar rapi dan indah.Janji ini tidak direalisasikan sampai saat ini.”Warga dan pedagang mengeluh dengan keberadaan sampah ini,” tegasnya.

Saa diguyur hujan, pasar Kediri memang benar-benar parah. Sampah berserakan di areal berdagang, bahkan sampai ke rumah warga. Sawah-sawah warga juga terganggu sehingga tidak produktif karena sawah terkontaminasi sampah.

Seorang pedagang, Fatimah, mengakui omsetnya menurun gara-gara sampah. Pembeli enggan datang ke lapak pedagang yang ada di belakang.”Pedagang makanan sangat terganggu. Tidak ada yang mau makan karena dekat sampah,” jelasnya.

BACA JUGA: Gubernur NTB Ogah Ikut Hambat Ritel Modern

Belum lagi keberadaan Rumah Potong Unggas (RPU) yang juga ada di dekat pasar tidak diperhatikan kebersihannya. Pedagang sudah melaporkan hal ini ke pengelola pasar. Kepala pasar menjanjikan perbaikan, tapi sampai saat ini belum juga dilakukan perbaikan.”Hanya janji-janji saja. Sudah dua kali  saya masuk kantor pasar melapor, tapi belum ada respon,” ungkapnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Lombok Barat H. Lalu Surapati mengakui saat ini pegelolaan sampah di Lombok Barat memang belum maksimal. Penyebabnya karena keterbatasan armada. Saat ini dari 18 armada truk yang dimiliki, ada sekitar 7 unit yang sudah berusia 25 tahun, sehingga tidak bisa maksimal dipakai.”Armada kita memanng ada  yang sudah tua, sehingga tidak bisa menggangkut secara maksimal,” katanya.(ami)

Komentar Anda