![BERANI]](https://radarlombok.co.id/wp-content/uploads/2024/06/F-BERANI-696x479.jpg)
SELONG – Lombok Timur menjadi salah satu kabupaten yang ditunjuk untuk menjalankan program Better Reprodutive Health and Right for All in Indonesia (Berani) II sebagai ikhtiar untuk menurunkan angka stunting. Keberadaan program ini dikawal oleh tiga organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yaitu UNFA, UNICEF, UN Women.
Tindak lanjuti program ini tiga organisasi PBB tersebut bersama dengan tim dari Kementerian PPA, Mendagri dan beberapa unsur terkait lainnya ke Desa Jurit Kecamatan Pringgasela yang menjadi pilot project pelaksanaan program tersebut. Di kesempatan itu tim melihat langsung pelaksanaan Posyandu di Desa Jurit dan berdialog dengan kader dan petugas kesehatan setempat. “Ya memang ada tim yang telah turun langsung melakukan monitoring pelaksanaan program Berani II di desa kita ini. Kami sampaikan berbaga berbagai upaya yang telah kita lakukannuntuk menekan kasus perkawinan anak,” kata Kades Jurit Zulkarnaen.
Di berbagai kesempatan pemerintah desa selalu turun untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi ke masyarakat terkait dampak negatif dari pernikahan usia dini. Disampaikannya kasus perkawinan anak mulai bisa ditekan sejak Pemprov NTB mengeluarkan Perda Pencegahan Perkawinan Anak.”Dengan adanya aturan itu membuat orang tua atau seseorang berpikir panjang untuk melakukan pernikahan dini,” tutupnya.
Pj. Bupati Lotim, HM. Juaini Taofik menyebut selain program yang berkaitan dengan infrastruktur, yang tidak kalah pentingnya itu adalah pembangunan sumber daya manusia. Persoalan stunting ini terangnya merupakan persoalan masih adanya ibu melahirkan yang meninggal dunia, tingkat kematian ibu hamil dan anak. Berikutnya adalah terkait persoalan masih banyak yang menikah di usia anak.”Itulah menjadi perhatian kita. Seiring waktu, Lotim sekarang juga bisa menjadi salah satu lokus dari 100 kabupaten lokus Indonesia di bawah Kemendagri dan Bappenas untuk mendapatkan program ini. Makanya tim dari UNFPA, UNICEF dan GAC turun langsung melakukan monitor selaku penyuplai dana,” imbuhnya.
Terkait program Berani II lanjut dia, yang sudah di-launching di dua kecamatan yakni Pringgasela dan Masbagik menjadi perhatian utama. Dua kecamatan itu kemudian dimonitor oleh ke tiga lembaga internasional tersebut. Jika hasilnya positif (hasil monitoring) maka program ini tetap akan berlanjut di Lotim.”Kalau tidak berdampak juga pasti akan dilaporkan. Program ini nantinya akan dijalankan melalui pendekatan gawe gubuk. “ Artinya percuma kita punya Perdes kalau masyarakat desa itu tidak menjaganya. Nah kita memang punya instrumen di desa itu ada namanya gubuk, kalau sudah gubuk ini berbuat merekalah yang bisa menegakkan,” tandas Taofik.
Program BERANI II merupakan sebuah inisiatif strategis yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi serta hak hak reproduksi bagi perempuan dan anak di Indonesia. Program ini akan fokus pada isu kematian ibu melahirkan, kekerasan berbasis gender dan perkawinan anak.(lie)