Pasien Reaktif Covid-19 Bermunculan dari Klaster Magetan

BERCAMPUR: RS semi-permanen di Terminal Tanjung digunakan sebagai tempat karantina pasien covid-19. Sayangnya, pasien reaktif dan positif covid-19 digabung. Sangat rentan pasien reaktif menjadi positif dalam proses menunggu hasil uji swab laboratorium. (IST FOR RADAR LOMBOK)
BERCAMPUR: RS semi-permanen di Terminal Tanjung digunakan sebagai tempat karantina pasien covid-19. Sayangnya, pasien reaktif dan positif covid-19 digabung. Sangat rentan pasien reaktif menjadi positif dalam proses menunggu hasil uji swab laboratorium. (IST FOR RADAR LOMBOK)

TANJUNG–Pasien positif covid-19 berpotensi bertambah di Kabupaten Lombok Utara (KLU) dari klaster Magetan serta orang-orang yang kontak erat dengan pasien positif covid-19 klaster Gowa.

Dinas Kesehatan bersama Puskesmas setempat gencar melakukan rapid test terhadap mereka dalam beberapa hari terakhir. Hasilnya 9 orang reaktif dari 58 orang klaster Magetan. Serta 9 orang reaktif dari 35 orang yang kontrak erat dengan pasien positif covid-19 di Dusun Lendang Mamben, Desa Anyar, Kecamatan Bayan. “Jika tidak segera ditangani dengan mengikuti secara serius isolasi, maka yang 18 orang reaktif dari klaster Magetan dan contact tracing (penelusuran kontak) bisa menambah pasien positif,” jelas Kepala Dinas Kesehatan KLU dr. Lalu Bahrudin kepada Radar Lombok, Selasa (5/5).

Klaster Magetan ini sendiri merupakan santri pondok pesantren yang baru pulang dari Magetan. Mereka yang rapid test-nya reaktif, sementara menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Surat pernyataan isolasi mandiri sudah diisi oleh orang tua. Mereka bertanggung jawab mengawasi anak-anaknya agar tidak bebas keluar masuk dan ngobrol bersama orang lain. Mereka cukup diberikan ruangan khusus untuk mengikuti proses karantina mandiri. Dan dalam hal ini, satgas desa harus terlibat mengawasi. “Kita harapkan anak-anak ini bisa mengikuti arahan petugas medis, terlebih mereka anak-anak yang berpendidikan,” imbuhnya.

Opsi karantina di RS semi-permanen terhadap para santri itu sendiri masih dipertimbangkan. Pertimbangannya, jangan sampai mereka bercampur dengan pasien positif covid-19 yang dikarantina di RS itu. Apalagi gedung RS itu masih satu. Yang membedakan hanya ruangan dan tempat tidur saja.

Karena itu diharapkan para santri disiplin melakukan isolasi mandiri. Jika tidak, maka terpaksa dikarantina di RS bekas tanggap darurat gempa itu. “Jadi lebih baik mereka mengikuti isolasi mandiri di rumahnya, kalau kita bawa ke RS sementara lebih bahaya karena satu gedung dengan pasien positif,” ungkapnya.

Kemudian, 9 orang yang rapid test-nya reaktif di Dusun Lendang Mamben, Desa Anyar, Kecamatan Bayan dikarantina di RS. Rata-rata sudah dewasa. Rentan berkeliaran, sehingga diambil kebijakan untuk karantina.

Adapun terkait persoalan digabungnya pasien reaktif dan positif di RS, tentunya diharapkan segera ada solusi. Dinas Kesehatan sendiri menawarkan solusi. Di mana pasien positif dipindah ke RSUD induk dengan menyediakan satu gedung di bagian belakang. Kemudian mencari tempat lain seperti hotel, sekolah, atau gedung lain.

Untuk hotel pihaknya sudah berkoordinasi dengan manajemen Hotel Bay Marina Medana. Namun belum disampaikan ke masyarakat sekitar dan pemerintah desa setempat. “Untuk gedung lain, bu Ace (owner Bay Marina) sudah mengizinkan. Tinggal minta izin di kadus dan masyarakat sekitar,” terangnya.

Dan mengingat potensi pasien positif terus bertambah, maka dalam hal ini satgas kabupaten harus memikirkan juga gedung alternatif lain. Terlebih penelusuran kontak pasien positif covid-19 masih berlanjut. (flo)

Komentar Anda