Pasien Positif Corona Asal Lotim Sempat Kontak dengan 44 Orang

AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK dr Nurhandini Eka Dewi

MATARAM–Pasien perempuan asal Kabupaten Lombok Timur (Lotim), menjadi yang pertama dinyatakan positif terjangkit virus corona (Covid-19) di NTB. Berdasarkan hasil tracing (penelusuran) Dinas Kesehatan NTB, pasien tersebut diketahui pernah kontak erat dengan 44 orang.

Kepala Dinas Kesehatan NTB dr. Nurhandini Eka Dewi menuturkan, pada saat kembali ke tempat tinggalnya, pasien dalam kondisi sehat. Hal itulah yang membuat keluarganya dan orang-orang tidak curiga.

Setiap orang yang pernah kontak dengan pasien, memiliki risiko tinggi terjangkit virus corona juga. Petugas kesehatan terus melakukan tracing untuk mendata orang-orang yang pernah kontak dengan pasien. “Yang berpotensi itu ada 44 orang, itu hasil setelah di-tracing sampai sejauh ini. Tapi bisa saja bertambah,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan NTB dr Nurhandini Eka usai rapat di Kantor Gubernur Selasa (24/3).

Jumlah orang yang telah kontak erat memang berpeluang terus bertambah. Status mereka saat ini adalah orang dengan risiko (ODR) tinggi. “Karena mereka kontak erat dengan yang confirm. Itu yang terus kita cari dulu. Mereka risiko tinggi. Sekarang sedang karantina, tetap kita tes,” katanya.

Sebanyak 44 orang tersebut hanya saat pasien telah berada di NTB. Belum lagi orang-orang yang kontak dengan pasien di atas pesawat. Mengingat, penumpang pesawat yang lain juga berasal dari NTB.

Menurut Eka, beberapa hari setelah tiba di rumah, kesehatan pasien sudah terganggu. Pasien kemudian berobat ke dokter. Namun tidak juga bisa sembuh. “Beberapa hari setelah kembali ke Lombok sempat berobat ke dokter. Tapi kemudian tidak sembuh, periksa lagi. Barulah dicurigai Covid-19, kemudian dikirim ke rumah sakit. Kalau masuk ke RSUP tanggal 17 Maret,” tuturnya.

Seluruh data keluarga dan siapapun yang pernah kontak dengan pasien terus di-tracing. Dinas Kesehatan mengutamakan mereka yang pernah kontak langsung untuk dilakukan rapid test (tes cepat).

Bagi mereka yang positif Covid-19 berdasarkan hasil tes cepat, langsung dipisahkan tempatnya. Namun bukan berarti mereka bisa dinyatakan positif. “Kalau rapid test positif, belum tentu dia positif. Bisa jadi nanti hasil Litbangkes negatif. Begitu juga jika hasil hasil tes cepat negatif, belum tentu dia negatif,” terang Eka.

Tes cepat penting dilakukan agar petugas bisa mengetahui langkah tepat yang bisa diambil. Apabila hasil tes cepat positif, maka akan dikarantina dan diberikan obat. “Makanya kita ketawa ada Bupati yang lakukan rapid test di stadion. Gak ada gunanya, buang-buang uang Rp 250 ribu satu orang biayanya,” ujar Eka.

Sejauh ini, sebut Eka, informasi yang masuk ke pihaknya, pasien positif covid-19 sempat dipijat. “Kita terus awasi dan pantau semua orang yang sudah kontak dengan pasien. Tukang pijat juga agak sakit infonya, ya kita minta bawa ke rumah sakit,” ucap Nurhandini Eka Dewi. (zwr)

Komentar Anda